Gema Pembebasan Desak Pemerintah Hentikan Pesta Demokrasi

Sekitar 500 ratus mahasiswa Se-Jabodetabek dan Banten yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan longmarch dari Bundaran HI ke depan Istana Presiden, Ahad (5/4) pagi di Jakarta.

Satu persatu orator dari perwakilan masaing-masing kampus maju berorasi meneriakkan aspirasinya seputar penolakan penerapan demokrasi dan tuntutan ditegakkannya syariah dan Khilafah. “Tuntutan kami bukan hanya sebatas pemilu dibatalkan tetapi menggulung demokrasi ini dan membuangnya ke laut!” ujar Sekjen PP Gema Pembebasan Erwin Permana dalam aksi yang bertajuk Tolak Janji Kosong Pesta Demokrasi itu.

Dalam pernyataan sikapnya Erwin mendesak pemerintah SBY untuk menghentikan pesta Demokrasi karena tidak akan membawa perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.

Demokrasi justru menjadi pelindung atas semua keburukan yang terjadi. Tidak lupa Erwin pun mengingatkan seluruh komponen aparat keamanan baik TNI maupun Polri untuk menghentikan dukungannya pada sistem kufur tersebut dan segera beralih menjadi pelindung syariah dan Khilafah dengan membaiat seorang Khalifah.

Sehari sebelumnya, Sabtu (4/5) di Masjid Fathullah UIN Syarih Hidayatullah Jakarta, Gema mengadakan Forum Dialog Mahasiswa ke-1. Senada dengan Erwin, salah satu pembicara dalam talkshow itu, Syifa Central Comitte KM UIN Jakarta setuju untuk golput pada pemilu 2009 dan menolak sistem demokrasi liberal yang berlaku sekarang ini. Namun sebagai gantinya ia tidak mempermasalahkan sistem apa yang harus diterapkan yang terpenting membawa kesejahteraan kepada rakyat. ”Tidak masalah mau diterapkan sosialisme syariah atau demokrasi sosialisme karena perjuangan anak Demsos itu demi kesejahteraan rakyat bukan demi mendapat pahala dari Allah SWT, ” tandasnya.

Pembicara lainnya, Presiden BEM Universitas Indonesia Ananda Ridwansyah menyebutkan maraknya golput merupakan otokritik terhadap sistem yang berlaku saat ini. Namun ia menolak bila sistem demokrasi ini langsung diganti dengan sistem yang lain dengan alasan masyarakat belum siap. ”Sekiranya kita harus memperbaikinya tidak langsung diganti” tandasnya dalam dialog yang bertema Menakar Pemilu 2009: Akankah Membawa Perubahan untuk Indonesia? itu.

”Kalau begitu apa bedanya manusia dengan ayam?” sanggah Erwin. Ayam pun melakukan apa saja yang penting sejahtera atau perutnya kenyang. Tentu saja manusia diciptakan oleh Allah SWT itu bukan sekedar kenyang seperti ayam tetapi untuk beribadah kepadanya. Sehingga dalam setiap perbuatannya harus selalu dalam koridor syariah alias halal dan haram sehingga mendapat pahala dari Allah SWT. ”Sebagai kaum Muslim yang anti penjajahan asing sudah seharusnya menolak demokrasi maupun sosialisme. Memperbaiki sistem kufur justru malah melanggengkan penjajahan!” pungkasnya.

Lebih lanjut Erwin menyebutkan kalau masyarakat belum siap, justru kewajiban kita semua untuk menyadarkannya sampai siap. Ingat, perlu dibedakan antara kesadaran manusia dan perubahan sistem. Kesadaran itu perlahan tetapi perubahan itu harus dilakukan secara menyeluruh. Sehingga sistem itu harus diganti secara total menjadi Khilafah ala minhajin Nubuwah. Kesadaran itu memang berproses, ”tuh dengar, si Mas ini (Syifa’) tadi menyebut-nyebut sosialisme syariah, sebelumnya kan hanya menyebut sosialisme. Dengan penyadaran terus-menerus, nanti kan lama-lama sosialismenya ditinggalkan tinggal syariahnya,” tandas Erwin disambut tawa oleh seratus peserta yang hadir. (liputan: joko prasetyo)