Kandidat ketua umum Partai Bintang Reformasi (PBR) H Zaenal Ma’arif menegaskan pelaksanaan Muktamar PBR di Bali 22-24 April 2005 bukan tanpa sebab tapi sebagai tempat untuk membuktikan kepada dunia bahwa Islam itu pembawa damai. Satu-satunya partai yang menyandang filosofis Islam yang berani mengadakan Muktamar di Bali baru PBR.
“Ini adalah sejarah bagi partai Islam di Indonesia. Oleh karena itu mari kita tunjukkan bahwa PBR adalah partai Islam yang cinta damai. Sekaligus juga ini sebagai ujian apakah PBR akan terus eksis sebagai partai, atau kita akan ulangi tragedi Muktamar Sahid. Kalau kita berhasil menjalankan Muktamar tanpa berkelahi maka dunia internasional akan melihat bahwa Islam itu pembawa damai,” tegas Ketua DPP PBR Zaenal Ma’arif dalam siaran persnya saat melakukan pertemuan silaturahmi dengan DPW dan DPC se Nangro Aceh Darussalam di Aceh, Jumat (7/4).
Sebelum melakukan pertemuan, Zaenal Ma’arif meninjau lokasi tsunami dan kemudian melakukan sholat Jumat di Masjid Baiturrahman dan bertindak sebagai khatib. Zaenal juga menyerahkan sumbangan 100 kitab suci Al’Quran.
Wakil Ketua DPR itu berkunjung ke NAD untuk menggalang dukungan pencalonannya sebagai ketua umum PBR periode 2006-2011, dengan didamping beberapa pengurus yakni Fikri Haikal (Ketua DPP PBR yang juga anak ketua umum PBR KH Zainuddin MZ), Mahfud Zaelani, Nursiswantio serta beberapa pengurus PBR dari Palembang, Irjabar. Sementara dari DPW PBR NAD hadir Ketuanya Tengku Ameer Hamzah, Sekretaris Muchlis Muchtar, serta pengurus DPC se-NAD.
Sampai saat ini dukungan kepada Zaenal Ma’arif semakin menguat dan dia mengklaim telah mendapat dukungan sebanyak 75 persen dari DPW dan DPC se –Indonesia. Sementara itu untuk DPC NAD sendiri dukungan kepada Zaenal sudah 85 persen, sedangkan 15 persen lagi sedang digarap sehingga nantinya bisa utuh 100 persen.
“Kita sudah melakukan pendekatan-pendekatan dan tidak tertutup kemungkinan dukungan mencapai 100 persen. Dari 21 DPC tinggal beberapa daerah lagi yang belum kita temui,” ujar Drs Tengku Harmen Nuriqmar, Ketua Tim Sukses Zaenal Ma’arif di NAD.
Menurutnya, DPC-DPC lebih cenderung melihat calon ketua umum yang bisa menggantikan Zainuddin MZ adalah Zaenal Ma’arif. Sosok Zaenal dinilai sangat mendekati sosok Zainuddin MZ yakni bisa berkotbah, nilai keustadzan lebih menonjol.
Sementara itu Sekretaris DPW PBR Muchlis Muchtar mengaku DPW sendiri belum bisa menentukan sikap apa yang akan diusung pada Muktamar di Bali, karena mereka baru akan melakukan pra rapim dan rapim dalam minggu ini.
“Tapi kita harap siapapun yang terpilih nantinya jangan ada lagi keributan. Kalau Muktamar Bali sampai ribut maka PBR kiamat,” tegasnya.
Dalam pertemuan dengan DPW danDPC itu umumnya mengemuka bahwa adanya duet Zainuddin MZ danZaenal Ma’arif untuk memimpin PBR sebagai Ketua Dewan Syura dan Ketua Dewan Tanfidz PBR, tidak menjadi masalah,namun mereka menginginkan dalam Muktamar nanti Zainuddin MZ langsung mendengar pernyataan Zainuddin MZ yang tidak bersedia lagi dipilih sebagai ketua umum.
Menanggapi keragu-keraguan sebagian DPC itu, Fikri Haikal, salah satu Ketua DPP PBR dan juga anak Zainuddin MZ membacakan surat ayahnya yang pada intinya tidak bersedia lagi dicalonkan jadi ketua umum dan menilai Zaenal Ma’arif sebagai calon yang mampu mengakomodir semua potensi yang ada di PBR pasca islah, serta membuka lebar-lebar tentang konsep hak dan kewajiban Dewan Syura.
“Jadi duet MZ (Zainuddin MZ) dan ZM (Zaenal Ma’arif) sudah sangat pas dan mampu menjawab tantangan pada pemilu 2009 mendatang,” ujar Fikri Haikal.
Sementara itu Zaenal Ma’arif mengatakan sudah saatnya potensi-potensi daerah ditampilkan dalam kepengurusannya nanti bila terpilih. Selama ini dia melihat pengurus lebih banyak dari Jakarta, sementara potensi daerah agak terabaikan.
“Partai itu bukan hanya milik orang Jakarta saja, tapi milik seluruh Indonesia, termasuk NAD,” papar dia. (dina)