Gegara Utang Tak Terbayar, Zimbabwe Resmi Gunakan Yuan Sebagai Mata Uangnya: Akankah Rupiah Menyusul?

Zimbabwe's President Robert Mugabe (L) and his Chinese counterpart Xi Jinping shake hands during a signing ceremony at the Great Hall of the People in Beijing August 25, 2014. REUTERS/Diego Azubel/Pool (CHINA - Tags: POLITICS) - RTR43NIT

Eramuslim.com – Kelicikan China dalam hubungan bilateral memang patut di acungi jempol. Zimbabwe yang sejak 2009 menanggalkan mata uangnya sendiri karena hiperinflasi yang melanda negara tersebut secara resmi menggunakan Yuan menjadi mata uangnya setelah China membatalkan utang yang mencapai AS$40 juta (Sekitar Rp547 miliar). Kondisi ini diharapkan akan meningkatkan kerjasama dagang China-Zimbabwe.

“Mereka [China] mengatakan mereka membatalkan utang kami yang jatuh tempo tahun ini dan kami sedang dalam proses finalisasi instrumen utang dan menghitung utang,” kata menteri Patrick Chinamasa dalam sebuah pernyataan. Chinamasa juga mengumumkan bahwa Zimbabwe resmi akan membuat yuan menjadi mata uang resmi karena berusaha untuk meningkatkan perdagangan dengan Beijing.
Zimbabwe sendiri sudah meninggalkan dolar pada 2009 setelah hiperinflasi, yang mencapai puncaknya pada sekitar 500 miliar%, hingga mata uang mereka benar-benar tidak lagi berharga. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Zimbabwe mulai membunuh mata uang asing, termasuk dolar AS dan rand Afrika Selatan. Yuan kemudian masuk ke dalam keranjang mata uang asing, tetapi penggunaannya belum disetujui sebagai alat transaksi umum di pasar.
Penggunaan yuan “akan menjadi fungsi dari perdagangan antara China dan Zimbabwe dan penerimaan dengan pelanggan di Zimbabwe,” kata menteri. Kepala bank sentral Zimbabwe John Mangudya yang terlibat dalam negosiasi dengan Bank Rakyat China menyatakan bahwa mereka masih ” melihat apakah kita dapat meningkatkan penggunaannya di sini,” ungkapnya.
China adalah mitra dagang terbesar Zimbabwe menyusul isolasi Zimbabwe oleh mantan mitra dagang Baratnya atas catatan hak asasi manusia Harare ini. Presiden veteran Robert Mugabe kemudian bereaksi dengan mengadopsi “kebijakan Timur”, yaitu dengan membangun aliansi baru dengan negara-negara Asia Timur dan buttressing yang sudah ada.
Pada awal Desember, Presiden China Xi Jinping mengunjungi Zimbabwe dalam perjalanan langka, dan memimpin penandatanganan berbagai perjanjian, terutama untuk meningkatkan dan membangun kembali infrastruktur Zimbabwe seperti pembangkit listrik.
Pengamatan menarik diungkapkan Abedian mengenai penggunaan Yuan sebagai mata uang Zimbabwe. “Aku tidak tahu apakah ada negara lain yang menggunakan yuan sebagai mata uangnya, sebagai mata uang kedua.
Ini adalah percobaan yang menarik,” kata Direktur Eksekutif Pan African Investments dan Research Services, Iraj Abedian kepada Economic Times. “Mugabe jelas sedang mengirimkan pesan anti-Barat yang sangat kuat, dan untuk meyakini kelanjutan komitmen Tiongkok untuk memberikan suntikan modal yang masif kepada Zimbabwe,” ungkap Abedian. (ts/guardian)