“Pada malam purnama, umat Hindu akan melaksanakan upacara Pujawali. Sedangkan umat muslim akan melakukan napak tilas memperingati jasa Raden Mas Sumilir, seorang penyiar agama Islam dari Demak, Jawa Tengah, yang menyiarkan Islam di Lombok pada abad 15,” Suparman mengisahkan.
Uniknya, masyarakat akan membawa sisa ketupat yang digunakan saling lempar untuk ditaburkan di sawah. Salah satunya, warga Narmada, Lombok Barat, Syaviq Wahyudi, yang sengaja membawa hasil ketupatnya untuk ia tanamkan di sawahnya.
Ia juga mengaku senang dengan acara Perang Topat. Menurutnya, acara ini terbukti mampu merekatkan rasa persatuan antar umat beragama di Lombok
“Bagus juga tarik wisatawan, sekarang tambah ramai, dan bagus untuk kedua umat,” ungkap Suparman. (It)