Selain itu, KSPI juga memprediksi adanya PHK di ritel lainnya, seperti Hypermart, Ramayana, Hero, Giant, Tiptop, dan beberapa industri yang lainnya dengan cara menutup beberapa gerai di satu daerah tapi dipindahkan ke daerah lain hanya dibentuk satu gerai.
“Selain itu, industri pertambangan dan perminyakan serta farmasi juga terjadi PHK besar-besaran. Kasus yang mencuat adalah PHK yang terjadi di PT Freeport Indonesia dan PT Smelting,” kata Said.
Sebelumnya, gelombang PHK sendiri sudah terjadi sejak 2015 lalu, dan dilanjutkan dengan gelombang PHK dalam kurun waktu Januari hingga April 2016.
Said beranggapan bahwa gelombang PHK yang terjadi sangat erat dengan tingkat konsumsi masyarakat. Ia menegaskan, perusahaan tidak akan menuai banyak untung jika pemerintah masih ngotot menerapkan PP 78/2015, yang justru membuat konsumsi buruh, sebagai mayoritas dari masyarakat, tidak dapat dikatakan bagus.
“Karena tidak diiringi dengan kebijakan peningkatan daya beli, maka yang terjadi adalah penurunan konsumsi. Itulah yang menyebabkan terjadinya PHK besar-besaran pada sektor ritel sepanjang tahun 2017,” jelas Said.
3. TKA Unskill Merajalela
Merebaknya Tenaga Kerja Asing (TKA) menjadi hal yang ironis bagi KSPI. Terlebih TKA yang ada di Indonesia justru didominasi oleh tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus (Unskill).
Bagi Said, hal ini sangatlah lucu lantaran di tengah daya beli turun dan gelombang PHK terjadi dimana-mana, TKA seperti diberi karpet merah untuk bekerja di negeri ini.
“Akibatnya para pekerja Indonesia seperti tersisihkan. Lapangan pekerjaan yang semestinya bisa menyerap tenaga kerja, tidak terjadi. Tentu saja, hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi kaum buruh Indonesia,” ucapnya.
4. Harga Melambung Tinggi
KSPI mencatat, sepanjang 2017 harga kebutuhan masyarakat masih melambung tinggi akbat pemerintah menyerahkan harga-harga pada mekanisme pasar.