Fungsi Masjid Ideal, Kembali Seperti Zaman Rasul

Pada zaman Rasulullah, masjid memiliki peran sebagai majelis peradilan ketika seseorang melakukan perbuatan melanggar hukum agama, selain itu juga sebagai tempat pendidikan Islam, di mana sahabat yang banyak menyerap ilmu dari Nabi Muhammad saat di masjid.

Karenanya, fungsi besar yang dijalankan masjid selain sebagai tempat ibadah umat Islam, hendaknya diperluas yang idealnya berfungsi sebagai pusat dari persemaian peradaban Islam, sehingga berbagai persoalan bisa dibicarakan tempat suci umat Islam itu.

"Kalau saya katakan masjid sebagai persemaian peradaban Islam, itu memang super ideal, tapi seperti itulah yang seharusnya terjadi, Padahal kalau diikuti, fungsi masjid di zaman Rasul itu sederhana, tapi menunjukkan suatu peradaban yang tinggi" kata aktivis Forum Komunikasi Masjid Peduli Umat (FKMPU) Jakarta, Ustadz Muhammad Tamam dalam seminar di Universitas Jember, Jatim, Sabtu.

Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa Islam memiliki sedikitnya dua peradaban agung yang di keyakinan lain mungkin tidak ditemui, yakni konsep "rahmatan lil ‘aalamiin" (memberi rahmat bagi seluruh alam) dan "ukhuwah Islamiyah" (persaudaraan sesama Islam).

"Saya kira konsep "rahmatan lil ‘aalamiin" itu adalah tade mark Islam. Itu adalah peradaban tinggi karena Islam melindungi seluruh isi alam ini, "ujarnya.

Ia mengemukakan, "ukhuwah Islamiah" dinyatakan sebagai peradaban karena menunjukkan adanya ikatan dasar sesama muslim dalam ketundukan kepada Allah. Selain itu "ukhuwah Islamiah" juga menghilangkan permusuhan yang tidak perlu.

"Memang ada permusuhan yang perlu, yakni terhadap syetan. Kalau sesama muslim nabi mencontohkan bagaimana beliau menyatukan orang-orang Ansor (penduduk Madinah) dengan kaum Muhajirin (orang-orang pendatang), "imbuhnya.(novel/ant)