Ahmadiyah akan terus dijadikan ‘kartu AS’ yang menimbulkan pencitraan negatif bagi umat Islam, apabila pemerintah tidak segera membubarkannya. Sebab, masalah ini sudah tidak lagi menyangkut aspek akidah saja, tetapi sudah terkait dengan aspek geopolitik.
"Ahmadiyah ini sebenarnya menjadi isu internasional, untuk kanalisasi agar umat Islam tidak beranjak ke masalah-masalah lain. Kalau umat Islam lagi adem-adem untuk memberikan stigma jelek kepada umat Islam tinggal naikkan isu Ahmadiyah, tinggal digarap pemuda Islam yang ikhlas-ikhlas kemudian menyerbu ke gedung milik Ahmadiyah, lalu rusak citranya menjadi negatif, "jelas Ketua Tim Advokasi FUI Munarman di sela-sela Audiensi dengan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (6/2).
Menurutnya, selama konspirasi barat untuk mengacaukan Islam melalui isu terorisme dan pemurtadan selalu mendapat perlawanan dari umat Islam, karena itu Ahmadiyah dijadikan cara lain untuk mempermainkan umat Islam.
"Kartu terorisme sudah tidak mempan dilakukan, kartu pemurtadan, akan jelas dilawan oleh umat Islam, kemudian kartu-kartu yang lain dia kan sulit memainkannya. Kartu yang bisa dimainkan sekarang ini adalah kartu Ahmadiyah, "ujarnya.
Munarman mendesak, agar partai-partai Islam dalam hal ini Partai Persatuan Pembangunan, dapat menyuarakan hal itu, dan segera menyelesaikannya tahun ini.
Ia menduga, alasan tidak membubaran Ahmadiyah karena terdapat hitung-hitungan politik menjelang pemilu 2009, di mana Ahmadiyah yang mengklaim pengikutnya berjumlah 500 ribu orang dapat menambah dukungan suara.
Menanggapi tuntutan itu, Anggota FPPP DPR KH. Amin Bunyamin, Lc mengaku bahwa isu Ahmadiyah ini dikembangkan oleh konspirasi global untuk mengacaukan negara berpenduduk mayoritas Islam.
Ia berpandangan, apabila Ahmadiyah ingin tetap ada di Indonesia, hendaknya tidak menggunakan label Islam, namun menggunakan nama lain sebagai agama baru ataupun ormas. "Kita bukannya menentang ajaran dan kepercayaan lain, tapi jangan pakai nama Islam, sebab ajaran Islam ada aturannya, Islam tidak begitu, "imbuhnya. (novel)