Di satu sisi, klaim Sri Mulyani bahwa PDB Indonesia sudah di atas PDB sebelum pandemi dengan membandingkan kuartal II 2021 dengan kuartal II 2019 tidak tepat.
Sebab, pembanding yang apple to apple untuk masa sebelum adalah PDB kuartal III 2019 yang sebesar Rp 2.819 triliun.
“Nah, jika dilihat dari angka ini, maka PDB kuartal II 2021 yang dibangga-banggakan SMI sebesar Rp 2.773 triliun sebetulnya masih lebih kecil alias belum pulih, sama seperti Malaysia dan Singapura,” katanya.
Kata Fuad Bawazier, jika dibedah lebih detail lagi, maka akan gamblang terlihat bahwa keadaan ekonomi Malaysia dan Singapura masih lebih baik dan lebih berprospek dari ekonomi Indonesia.
Pertanyaannya sekarang adalah untuk apa Menkeu SMI membandingkannya dengan cara yang kurang elok bahkan cenderung misleading.
“Jawab temanku, mungkin untuk menghibur presiden dan dirinya sendiri yang sedang galau dengan keadaan keuangan negara (fiskal) yang sedang megap-megap, khususnya beban utang yang terus membengkak sementara pendapatan negara stagnan,” sindirnya.
Lebih lanjut, Fuad Bawazier meminta Sri Mulyani lebih fokus dalam pembenahan ekonomi tanah air ketimbang membuat klaim-klaim yang seolah menyenangkan.
“Gap ini adalah urusan yang amat serius dan berbahaya bagi ekonomi Indonesia. Jadi lebih baik bekerja daripada “bernyanyi”,” tandasnya. [RMOL]