KetuaUmum Front Perjuangan Muslimin Indonesia A. Muslim Arbi mempertanyakan komitmen akidah di kalangan pemimpin Indonesia terhadap Masjidil Aqsha. Karena, bagi umat Islam seharusnya pembebasan Masjidil Aqsha dari tangan zionis Israel merupakan harga mati yang tidak boleh ditawar-tawar lagi.
"Kalau sekarang ini pemerintah Indonesia lebih cenderung larut dalam skenario yang dimainkan oleh AS dan pemimpin Fatah dalam menyelesaikan kasus Palestina, maka komitmen untuk membebaskan Masjidil Aqsa tersebut patut untuk dipertanyakan, "ujarnya menanggapi kunjungan tiga hari Presiden Mahmud Abbas ke Indonesia.
Muslim Arbi mengatakan, hampir semua umat Islam Indonesia mengetahui apa yang dilakukan oleh kelompok Hamas dalam upaya membebaskan seluruh bumi Palestina dari cengkeraman Zionis Israel yang di-back up oleh AS.
Selama ini, Presiden Palestina Mahmud Abbas yang berasal dari kubu Fatah memang dikenal lebih suka berdiskusi dan rapat dengan pihak Zionis-Israel maupun dengan Amerika Serikat ketimbang dengan HAMAS. Sehingga di Palestina sendiri, Abbas dikenal sebagai ‘Kolaborator Zionis’ yang mendahulukan kepentingan Zionis ketimbang kepentingan rakyat Palestina
Karena itu, lanjutnya tidak ada alasan bagi bangsa Indonesia yang di dalam konstitusinya, mendukung setiap upaya kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia, dan menghapuskan setiap penjajahan ini seharusnya dapat memberikan dukungan yang penuh terhadap kelompok Hamas.
Ia menyatakan, kemerdekaan Palestina akan sangat berarti besar terhadap pembebasan Masjid Aqsha, sebaliknya apabila memberikan hati pada bangsa Israel, hal ini akan lebih menjauhkan diri dari upaya membebaskan Al-Aqsha.
"Tidak ada sejarahnya bangsa Israel dan AS, akan memberikan dukungan terhadap perdamaian di Palestina yang menguntungkan umat Islam, maupun bangsa Palestina pada umumnya. Yang mereka pikirkan adalah keuntungan buat Israel, dan bukan sebaliknya, "tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring tegas mengingatkan, Presiden Palestina Mahmud Abbas agar tidak memanfaatkan kunjungannya ke Indonesia untuk menyebarkan black campaign mengenai kelompok Hamas. (novel)