Hari Valentine yang berasal dari ritual pesta seks dan penyembahan setan di zaman Romawi Kuno secara salah kaprah diartikan sebagai Hari Kasih Sayang. Ironisnya, di banyak negara, hari ini dirayakan secara demonstratif, begitu juga di Indonesia.
Pemerintah SBY-JK, demikian juga partai-partai politik yang katanya partai Islam, sayangnya bersikap diam dan tidak perduli terhadap fenomena yang sangat mengkhawatirkan ini. Padahal tahun lalu, aparat kepolisian kota Bangkok, Thailand, sampai memberlakukan jam malam di hari Valentine untuk mencegah generasi muda Thailand terperosok ke dalam lembah kehancuran moral.
Sebab itu, Front Pembela Islam (FPI) terpanggil untuk turun ke jalan memantau momentum yang membahayakan moral dan akidah umat ini. FPI akan melakukan pemantauan dan jika perlu sweeping selama perayaan valentine yang jatuh hari ini, Kamis (14/2).
"Pemantauan akan dilakukan setiap hari, setiap ada tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam. Untuk hari valentine, FPI akan mengkoordonasikan seluruh kader yang ada di cabang-cabang untuk memantau, kalau perlu sweeping ya, dilakukan, " ujar Ketua I DPP FPI Sobri Lubis.
Ia menyayangkan, peringatan hari Valentine yang sebenarnya adalah budaya barat yang amoral itu ikut dirayakan oleh umat Islam, padahal Islam mengajarkan kasih sayang itu bisa dilakukan setiap hari.
"Perayaan valentine sekarang sudah terlewat batas. Padahal dalam Islam, kasih sayang tidak mengenal hari, tapi setiap hari, " imbuhnya.
FPI mengimbau, agar seluruh umat Islam tidak merayakan hari valentine. Menurutnya, perayaan valentine tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Yang mengherankan kenapa pemerintah SBY-JK dan juga partai-partai Islam diam seribu bahasa terhadap Hari Valentine ini. Apakah karena tidak ada duitnya? Wallahu’alam bishawab. (novel/rizki)