Kecaman terhadap pembuatan film "Fitna" Geert Wilders terus berlanjut, kali ini diayangkan oleh Forum Pemuda dan Mahasiswa Islam (FPMI) yang merupakan gabungan 13 organisasi pemuda Islam di Indonesia mengutuk tindakan anggota parlemen Belanda yang telah menghina Al-Quran dan Rasulullah SAW.
"Kita mengecam keras oknum yang melecehkan agama Islam, siapapun dia, " tegas Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Pusat Ariyanto Hendrata kepada pers di Gedung DPR, Jakarta, Rabu(2/4).
Ia juga menuntut kepada pemerintah RI untuk memutuskan hubungan dipomatik dengan Belanda, apabila pemerintah negara kincir angin itu tidak menindak tegas, pelaku penyebar film fitna, dan kemudian secara terbuka meminta maaf kepada umat Islam seluruh dunia.
"Sikap pemerintah tidak tegas hanya melarang Wilders masuk ke Indonesia, saya kira dia tidak akan ke sini, karena dia tahu ini negeri musim terbesar Kita berhara sikap progresif dari pemerintah, " ujarnya.
FPMI menyerukan masyarakat dan pemerintah untuk memboikot produk Beanda sebagai wujud kecaman terhadap Belanda.
FPMI menuntut sikap tegas pemerintah Belanda yang seakan-akan lepas tangan dan tidak mendorong terciptanya keadilan atas penghinaan yang telah dilakukan tokoh publik mereka terhada Islam.
"Belanda perlu melakukan klarifikasi kalau tidak akan terus menyulut kemarahan umat Islam, sebab penghinaan ini sudah sering kali dilakukan, " tandas Ariyanto.
Wilders Pantas Diajukan ke Mahkamah Internasional
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, mengatakan, film "Fitna" sangat potensial mendorong ketegangan atau kebencian antar peradaban khususnya antara Islam dengan Barat, sehingga pembuat film ini yang merupakan anggota parlemen Belanda pantas untuk diajukan ke Mahkamah Internasional.
"Aktor intelektualis Film ‘Fitna’, Geert Wilders, pantas diadukan ke Mahkamah Intermasional sebagai penjahat peradaban, " katanya melalui pesan singat yang diterima Eramuslim.
Menurutnya, Umat Islam wajar memprotes film itu, tetapi tidak perlu emosional, karena harkat Islam tidak akan berkurangi dengan penghinaan pihak manapun. (novel)