Beberapa hari lalu, Obama menyampaikan pidato di Kairo, Mesir. Pidato Obama sepertinya difokuskan tentang hubungan antara Amerika dengan negeri-negeri muslim.
Anggota komisi 1 dari Fraksi PKS, Al-Muzammil Yusuf menyampaikan komentarnya tentang pidato tersebut. Menurutnya, Pidato Obama di Universitas Kairo Kamis lalu, semakin memberikan suatu nuansa baru hubungan antara Barat atau Amerika dengan Islam. Suatu nuansa yang, menurutnya, sangat berbeda dengan era Bush.
”Walaupun memang, pesan Obama tersebut harus dilihat realisasinya ke depan. Tetapi perkembangan ini tetap patut kita apresiasi,” ujar politisi PKS ini gamblang.
Ada beberapa pesan Obama yang menurut Muzammil patut untuk diapresiasi karena sangat berbeda dengan pendahulunya, Bush.
Pertama, Obama menghendaki hubungan baru AS dengan Dunia Islam dengan prinsip kesetaraan dan penghormatan prinsip demokrasi. Sementara Bush, lebih pada isu teroris dan wacana crusade yang memposisikan muslim sebagai ancaman dunia.
Kedua, Obama berani secara terbuka mengakui kedekatan masa lalunya dengan dunia Islam, yakni tentang ayahnya yang muslim. ”Obama mengakui sering dengar azan, ia kenal Islam di tiga benua (Afrika, Asia, dan Amerika). Sementara, Bush lebih mewakili cowboy Texas,” papar Muzammil.
Ketiga, masih menurut anggota Fraksi PKS ini, Obama berani masuk dengan bahasa persuasi untuk isu-isu sensitif.
Untuk kasus Palestina misalnya, Obama meminta Israel dengan solusi damai yang saling menghargai hak masing-masing pihak. Perdamaian Palestina Israel juga merupakan kepentingan AS. Dan Alquds adalah kota tiga agama: Islam, Kristen dan Yahudi.
Selain isu Palestina, Obama mau mengakui hak Iran untuk nuklir tujuan damai. Obama juga berjanji untuk menarik pasukannya dari Irak pada tahun 2012. Selain itu, larangan penyiksaan di Guantanamo akan diberlakukan mulai tahun depan.
“Sementara untuk isu yang sama, Bush cenderung menggunakan bahasa kekuasaan dan kekuatan,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia ini.
Walaupun, masih menurut Muzammil, ada yang aneh pada Obama soal pendekatannya pada kasus Afghanistan dan Pakistan. Obama tidak mereview kebijakan Bush, bahkan cenderung memperkuat bahasa kekuatan.
”Sikap Obama tentang masalah ini justru meningkatkan instabilitas di Afghanistan dan Pakistan,” ujar Al-Muzammil Yusuf menambahkan.