FPI Desak Polisi Tindak Tegas Peredaran Playboy Edisi Dua

Front Pembela Islam (FPI) kembali mengancam akan mengambil tindakan yang lebih keras lagi, menyerbu kantor redaksi majalah yang sekarang bermarkas di Bali.

Penerbit Majalah Playboy edisi II Juni 2006 ini sepertinya ingin menantang umat Islam yang menolak peredaran majalah asal Amerika Serikat itu. Karena itu, FPI tidak akan tinggal diam dan akan terus mengejar Playboy.
Demikian ditegaskan Ketua Umum FPI Habib Riziq Shihab kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/6).

FPI tetap bersikap seperti semula, yaitu menolak dan melawan pihak-pihak yang berusaha menghancurkan moral bangsa Indonesia. Selain FPI sejumlah ormas Islam lainnya seperti MMI (Majelis Mujahidin Indonesia), Hizbut Tahrir Indonesia, FBR, Forkabi, dan lain-lain juga akan melakukan aksi yang sama dalam beberapa hari ke depan.

Kendati demikian, kata Riziq Shihab, FPI tidak akan mengabaikan jalur hukum, dan tetap akan menempuh jalur hukum untuk menyeret para penerbit Playboy ke penjara.

"Biar mereka gembar-gembor pindah ke Bali, tapi kami tahu kantor pusat mereka tetap di Jakarta," ujar Habib Riziq lagi seraya berjanji dalam waktu dekat akan mendatangi kantor pusatnnya di Jakarta.

Sementara itu, anggota DPD RI dari Jawa Timur KH. A. Mujib Imron SH menyarankan seharusnya aparat kepolisian segera bertindak sebelum terjadi amuk massa seperti dulu. Karena terbitnya kembali Playboy edisi II ini menunjukkan bahwa penerbit bersikap arogan sementara kehadirannya diprotes masyarakat. Setidaknya polisi bisa menggunakan Pasal 282 dan 283 KUHP tentang kesusilaan untuk menjawab penerbitan kembali Playboy itu.

“Kalau polisi tidak bertindak, saya khawatir masyarakat akan bertindak sendiri dan akan berakhir anarkisme,” tegas Wakil Rais Syruiah PCNU Kabupaten Pasuruan itu mengingatkan.

Sementara itu anggota Komisi X DPR dari Fraksi Partai Demokrat (F-PD) H Qomar mendukungn sikap Ketua Umum FPI Habib Riziq yang tetap menolak hadirnya majalah Playboy di Indonesia.

“Terbitnya majalah porno itu tidak semata-mata untuk berbisnis, tapi merupakan infiltrasi budaya yang sengaja dilakukan kelompok tertentu untuk menghancurkan moral bangsa Indonesia. Karena itu saya mengusulkan aparat berwenang supaya memeriksa dan menyelidiki siapa sebenarnya Erwin Arnada, sang pemimpin redaksi majalah Playboy itu,” tandas Qomar.

Ia menilai ada pemaksaan kehendak dari Erwin Arnada Pemred Playboy, untuk menerbitkan Playboy tersebut. "Kalau tidak, apa maksud sesungguhnya di balik penerbitan Playboy II itu, kenapa dia memaksakan diri? Jadi, saya minta kepolisian agar segera bertindak."

”Sikap Habib Riziq ini didukung oleh ormas-ormas pemuda lainnya seperti KNPI, AMPI, Pemuda Pancasila dan lain-lain. Karena Ormas tersebut merupakan organisasi pemuda yang memiliki tanggungjawab menjaga moral pemuda bangsa ini," sambung dia. (dina)