Tokoh-tokoh agama dari kawasan Asia Timur merekomendasikan perlunya kode etik tentang masalah kebebasan. Jika kebebasan dilakukan sesuai dengan deklarasi universal hak asasi manusia secara mutlak, dapat mengganggu kehidupan di masyarakat. Misalnya, dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. Juru bicara Forum Pemimpin Agama Asia Timur, Din Syamsudin menyampaikan hal tersebut dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (13/2).
Menurutnya, prinsip pelaksanaan kebebasan hak asasi manusia harus diimbangi dengan prinsip-prinsip pelaksanaan kewajiban hak asasi manusia, sehingga tidak terjadi benturan peradaban. "Perlu adanya keseimbangan antara right dan responsibility," katanya.
Din menegaskan, forum tokoh agama Asia Timur akan mendorong PBB untuk menyusun kode etik tentang pelaksanaan kebebasan hak asasi manusia itu. Dengan adanya aturan yang jelas, diharapkan pelecehan terhadap agama maupun terhadap nabi yang muncul akhir-akhir ini tidak terjadi lagi di masa datang, sehingga tidak menimbulkan konflik di antara umat beragama.
Menanggapi pertanyaan wartawan apakah masalah pemuatan karikatur Nabi Muhammad dibahas dalam pertemuan antar pemuka agama se-Asia Timur yang digelar sejak 12-13 Februari, Din mengatakan, hal itu tidak dibahas secara spesifik. Namun pada umumnya para pemuka agama yang hadir dalam pertemuan tidak setuju terhadap pelecehan agama yang dilakukan oleh negara Barat. Pada umumnya, mereka meminta agar negara-negara Barat jangan hanya mengedepankan wacana pluralisme dan toleransi beragama, tapi harus diwujudkan secara nyata.
Mengenai prinsip toleransi antar umat beragama dan peran serta agama dalam mengatasi permasalahan secara global dan regional akan menjadi salah satu poin dalam 10 komitmen sebagai hasil akhir pertemuan para tokoh agama se-Asia Timur selama dua hari ini. (novel)