Kerinduan umat Islam terhadap film bernuansa religi sepertinya mulai terobati, karena memang pada dasarnya kehidupan manusia itu tidak bisa terlepas dari kepercayaan, yang diaplikasikan dalam kehiudpan sehari-hari.
"Kita lihat film-film barat atau Amerika, selalu ada nuansa natal diujung ceritanya. Kenapa Islam kok harus menunggu Ramadhan baru bikin, gak ada film-film besar yang tidak harus menunggu Ramadhan, lalu ujungnya hari raya, gak ada, " ungkap Ustadz Jefri Al-Bukhori menanggapi booming film bertema Islam.
Menurutnya, gebrakan yang sudah dilakukan oleh film Ayat-ayat Cinta yang kemudian dilanjutkan oleh film Kun Fayakuun harus ditanggapi dengan rasa bangga, terlepas dari kekurangan dan kelebihannya.
Jika sebagaian orang mengganggap film tersebut tidak Islami, Ustadz Jefri yang akrab disapa Uje itu mengatakan, film Islam itu sebenarnya tidak harus Islami, masih ingat Catatan Si Boy, dalam film itu syariat Islamnya masih ada, ketika memperlihatkan sosok anak muda yang selalu menjaga sholat lima waktunya.
"Saya lagi ngobrol dengan beberapa teman, yok bikin film yang seperti Virgin tapi dengan syariah, artinya tidak berhenti pada contoh yang buruk, tapi juga jangan terlalu sholeh film itu, karena akan menimbulkan kesan tidak wajar, " jelasnya.
Ia menyatakan, apa yang terjadi kehidupan orang tentunya melalui proses, begitu juga kehidupan beragamannya, tidak semuanya sama. Lebih banyak orang yang berproses ketimbang yang Istiqomah, kalau langsung menyampaikan yang Istiqomah akan berat.
"Ya mereka gak janjian kok, Kun Fayakuun gak janjian, Ayat-ayat Cinta gak janjian, nanti ada lagi Mengaku Rasul gak janjian, semua bertahap dan berproses, " imbuhnya.
Uje menambahkan, ke depan bersama dengan beberapa ustadz lainnya, dirinya sedang memikirkan untuk membuat ‘Neo Sunan Kalijaga’.
"Kita kumpulkan Ustadz-ustadz, sembilan orang dakwah dengan karakternya dan masalahnya masing-masing. Kita akan membuat yang manusiawi, " pungkasnya.
Film Bertema Religi Diminati Pejabat
Pada Jum’at pekan lalu, beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yakni Menpora Adhyaksa Dault, Menkominfo Muhammad Nuh, Mentan Anto Apriyantono, Menteri PU Djoko Kirmanto danMenhut MS Kaban bersama jajaran pejabat dan pegawai departemennya secara bergantian, datang menonton pemutaran perdana Kun Fayakuun film garapan sutradara H. Guntur Novaris itu di bioskop 21 Plaza Senayan.
Menpora Adhyaksa Dault mengatakan, kehadirannya dalam pemutaran film itu sebagai bentuk dukungan terhadap kehadiran film-film yang memberikan pencerahan.
"Di tengah kondisi seperti ini, masyarakat harus disuguhi film-film semacam ini, yang bisa mencerahkan. Ceritanya sederhana dan pesannya sampai. Film ini mengasah kepekaan kita dan membangun rasa kepedulian terhadap mereka yang duafa, " katanya usai menonton film yang idenya muncul dari Ust. Yusuf Mansyur itu.
Sambutan baik pun datang dari Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh. Ia menegaskan, bagian film yang ini tidak boleh berhenti berdoa kepada Allah dalam kondisi apapun. "Semua mengapresiasi penghargaan terhadap keteguhan seseorang hingga menghantarkan kesuksesan, " ungkapnya.
Sebagai produser, Yusuf Mansyur mengatakan film ini bisa mengikuti jejak film-film yang laris di pasaran.
"Kita sih berharap bisa memecahkan rekor `Kuntilanak` yang bisa meraih 1, 2 juta penonton. Mereka yang enggak pakai Tuhan aja laris, apalagi film ini, " katanya berseloroh. (novel)