Akankah Menjalar Ke Indonesia?
Efek domino kerap terjadi di saat kondisi yang terjadi hampir sama. Setidaknya fenomena Arab Spring bisa menjadi gambaran untuk melihat bagaimana sebuah efek domino terjadi.
Di Indonesia, kondisinya tidak berbeda jauh dari yang dialami India. Di mana infrastruktur kesehatan hampir runtuh, oksigen langka, rumah sakit kewalahan, dan petugas pemulasaran kelimpungan.
Wanti-wanti agar Indonesia tidak berubah menjadi negara gagal juga sudah disampaikan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Lewat sebuah poster dari Fraksi Demorat DPR RI, Ibas mengingatkan pemerintah soal penanganan corona. Sebab, Covid-19 telah mengganas dan menyebabkan orang-orang di lingkaran terdekat jadi korban.
“Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai ‘failed nation’ akibat ketidakmampuan negara selamatkan rakyatnya,” ujarnya.
Pernyataan tersebut tidak boleh dianggap sepele oleh pemerintah. Selain pesannya yang memang didasarkan dari apa yang diderita rakyat, sang penyampai pesan juga merupakan bagian dari penting dari partai politik yang pernah berkuasa di negeri ini.
Semakin tidak boleh dianggap enteng lantaran sinyalemen bahwa partai-partai pendukung pemerintah akan berkhianat seperti yang terjadi di India dan Malaysia juga muncul.
Adalah mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono yang telah mencium benih-benih ketidakpuasan dan tanda-tanda ke arah pengkhianatan di kalangan menteri Kabinet Joko Widodo.
“Ada indikasi mulai adanya dugaan benih-benih pengkhianatan terhadap Jokowi di kabinet Jokowi dan lingkaran Jokowi,” kata sahabat Jokowi itu.
Pengkhianatan yang dimaksud adalah para menteri merencanakan untuk mundur lantaran pemerintah mulai mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat. Arief Poyuono juga memastikan Presiden Joko Widodo telah mencium tanda-tanda ke arah pengkhianatan di kalangan menteri.
Atas alasan itu, dia meminta semua menteri untuk terus kompak dan bersama-sama menghadapi pandemi Covid-19.
Ya, fenomena dampak Covid-19 di luar negeri harus membuat pemerintah sadar bahwa penanganan yang amburadul akan membuat gejolak politik.
Tidak sekadar teriakan “Presiden mundur!” dari masyarakat yang biasa dianggap angin lalu, tapi juga berpotensi ada gerakan politik yang suatu saat menggerogoti pemerintahan dari dalam.
Mereka yang tadinya menjadi lingkaran utama, bisa jadi melakukan pengkhianatan karena simpati publik yang sudah tidak lagi melekat pada pemerintah.
Apalagi jelang Pemilu Serentak 2024, partai-partai yang kini berkoalisi tentu mulai berpikir untuk menang, sekalipun harus putar arah menjadi lawan pemerintah. [RMOL]