Indonesia tidak akan mampu memfasilitasi proses rekonsiliasi antara kelompok Fatah dan Hamas yang tengah bertikai di bumi Palestina. Sebab, di balik pertikaian itu ada dalang besarnya yaitu AS dan Israel.
Demikian dikemukakan Mantan Ketua Departemen dan Data Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Fauzan Al-Anshari, menanggapi kedatangan Presiden Palestina Mahmud Abbas yang minta dukungan Indonesia terkait dengan konflik internal di tanah Palestina.
Menurutnya, seharusnya umat Islam Indonesia bisa menolak kehadiran Mahmud Abbas. Sebab Mahmud Abbas belum memperlihatkan niat baiknya, untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel di bumi Palestina. "Sebaliknya justru Abbas melakukan tekanan terhadap warganya dari kelompok Hamas, yang konsisten untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel, " ujarnya.
Lebih lanjut Fauzan menilai, Indonesia sebagai negara yang sejak awal meneguhkan sikap anti Israel, pada kesempatan bertemu dengan Mahmud Abbas hendaknya dapat kembali menegaskan sikapnya anti-Israel. Serta, meminta agar Abbas tidak mau didikte oleh AS maupun oleh Israel dan pihak Barat lainnya untuk melakukan perjanjian dengan Israel.
"Sikap Indonesia seharusnya adalah meneguhkan mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan secara total tanah Palestina dari Israel. Artinya, Indonesia hanya akan memberikan dukungan pada Abbas, jika faksi Fatah sejalan dengan Hamas untuk mengusir penjajahan Israel dari bumi Palestina, sikap itu tidak boleh surut, " tegasnya.
Dalam pertemuan antara Tokoh Lintas Agama Presiden Palestina Mahmud Abbas di Departemen Luar Negeri RI, kemarin, Ketua Umum PBNU KH. A. Hasyim Muzadi menyatakan siap untuk memfasilitasi proses rekonsiliasi di Palestina.
Patut diketahui, Mahmud Abbas adalah kolaborator Zionis-Israel yang setiap tindakannya banyak menguntungkan kepentingan Zionisme dan merugikan rakyat Palestina. Indonesia seharusnya mengutuk sikap Abbas yang seperti itu dan memintanya melakukan taubatan nasuha.(rz/novel)