Fanatisme Kesukuan di Indonesia Bentukan Belanda ?

Tidak sampai disitu, menurut Beggy, “Selain juga membangun Museum Orang Batak di Medan, juga membangun kesadaran bahwa Batak itu adalah kelompok tersendiri yang berada di pegunungan yang berbeda dengan masyarakat yang ada di pesisir, sedangkan masyarakat pesisir tersebut mayoritasnya Muslim.”

Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di tanah Jawa. “Pemerintah kolonial berusaha membuat identitas baru bagi orang Jawa yang pada saat itu sudah mulai mengenal bahkan menjalankan Islam, dengan cara memperkenalkan kembali kebudayaan Jawa kuno pra-Islam sebagai kebudayaan asli Jawa melalui penemuan Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang sudah terlupakan setelah delapan abad lamanya, selain menghidupkan kembali aksara Jawa Kuno,” ujar Beggy.

Bali pun demikian, lanjut Beggy. “Sistem kasta yang sempat ditinggalkan oleh masyarakat Bali, dihidupkan kembali oleh kolonial dan membuat Bali selain sebagai miniature Hindu Pra-Islam juga sebagai surga di timur, bahkan sampai saat ini. Keberhasilan yang membuat mata dunia melihat bahwa Indonesia adalah hanya Bali dan Bali adalah Indonesia.”

Sebelum masuk dalam sesi tanya jawab, penulis yang beberapa karyanya telah dimuat di surat kabar Republika ini membuat kesimpulan bahwa bahasa, kekuasaan, pendidikan, reproduksi sastra dan budaya, dan juga penguasaan teknologi merupakan media untuk membungkam adat budaya Islam di Indonesia. (ram/im)