“Namun faktanya harga beras naik. Siapa yang mau ambil tanggung jawab?” sebut Fahri lagi melali akun twitter-nya @Fahrihamzah yang dipost, Sabtu (13/1).
Sekarang, lanjut Fahri, semuanya baru menyadari bahwa ada data yang tidak sinkron dengan kenyataan. Mestinya, pemerintah berbesar hati untuk mengakui bahwa kenaikan harga beras awal Januari tahun 2018 ini, bukan semata karena faktor supply dan demand atau faktor cuaca, sampai soal mal praktik kebijakan.
“Katanya ada mafia import, tapi kok mafia lagi? Mafia import katanya sudah dihabisi. Kok ada lagi? Kasian petani. Inikah catatan kenaikan?” ucap politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Oleh karena itu, perlunya evaluasi dan perbaiki faktor-faktor produksi beras yang selama ini terabaikan pemerintah. Sebab, dalam teori-faktor produksi, output beras nasional sangat ditentukan oleh faktor modal (lahan), tenaga kerja, teknologi.
“Hal ini untuk melakukan penetrasi pasar cepat dan membangun loyalitas dan kepercayaan konsumen. Sehingga kedua kebijakan tersebut diharapkan mampu mengontrol pasokan dan harga. Untuk merealisaikannya butuh koordinasi yang kuat diantara Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan,” pungkas politikus NTB tersebut.(kl/akt)