Berdasar pantauan yang dikutip Batam Pos (Jawa Pos Group), Minggu (11/2/2018) kapal itu berisi berkarung-karung beras yang sudah dibongkar oleh tim satgas gabungan.
Bukan hanya beras. Ada juga rokok, tisu, dan berbagai jenis minuman kaleng. Selain itu, ada sampo bertulisan huruf Thailand.
Lalu, ada air mineral dalam kemasan merek Swirzer dari Pasir Panjang, Singapura, dan merek En Pure buatan Malaysia.
Dilihat secara sekilas, Sunrise Glory mirip dengan kapal-kapal penangkap ikan milik nelayan Thailand. Berjejer sisi kiri dan kanan kapal, pancing besar untuk menangkap ikan.
Kamuflase kapal itu sangat sempurna dengan memiliki izin menangkap ikan yang dikeluarkan pejabat Indonesia pada 2014. ’’Terkait dokumen ini, kami rasa dipalsukan,’’ tuturnya.
Dalam pemeriksaan, nakhoda kapal dan tiga kru kapal Sunrise Glory mengaku tidak saling kenal.
Hal itu mereka sampaikan ke penyidik TNI-AL dan BNN. Mereka mengaku direkrut seseorang di Taiwan. ’’Tidak saling kenal mereka. Ini sedang kami selidiki lebih lanjut,’’ katanya.
Penyelidikan tersebut, lanjut Achmad, terkendala bahasa. Empat awak kapal tidak mengerti bahasa Inggris, hanya paham bahasa Mandarin. ’’Kami datangkan ahli bahasa agar memudahkan penyidikan,’’ ucapnya.
Terkait nama-nama empat orang itu, Achmad mengatakan masih melakukan pengembangan sehingga belum bisa disebutkan.
Pengembangan itu juga terkait dengan dugaan apakah kapal tersebut pernah mengirimkan sabu-sabu ke Indonesia. ’’Jaringannya mana, kami ungkap nanti,’’ ujarnya.
Semula empat warga Taipei tersebut mengaku bahwa kapal yang dinaikinya merupakan kapal milik orang Indonesia.
Setelah dicek, ternyata mereka memasang empat bendera, yakni Singapura, Indonesia, Malaysia, dan China Taipei.
Hal tersebut dilakukan untuk menyamar atau mengelabui petugas patroli laut di beberapa negara.
’’Ternyata modus ini digunakan untuk menyelundupkan sabu-sabu,’’ ungkap Achmad.(kl/kf)