Eramuslim.com – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 1, Emil Elestianto Dardak mengaku prihatin, banyak alat-alat pertanian di Jawa Timur yang ternyata didatangkan dari China. Padahal, produksi dalam negeri tak kalah dengan kualitas luar negeri.
Hal ini disampaikan Emil saat mengunjungi PT Mitra Maharta di Dolopo, Madiun, Selasa (27/2). Dalam kunjungannya ke produsen serta distributor alat dan mesin pertanian ini, bupati Trenggalek non-aktif ini ditemani Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ani Yudhoyono.
Suami artis Arumi Bachsin ini mengaku, saat berdialog dengan Direktur PT Mitra Maharta, Agus Zamroni, dia mendapatkan informasi terkait membanjirnya cangkul asal China di pasaran dalam negeri.
“Mestinya pemerintah sudah selayaknya mengutamakan keberpihakan kepada produsen alat pertanian dalam negeri dengan berbagai bentuk kebijakan proteksi,” katanya melalui rilis tim Khofifah-Emil.
Proteksi ini, lanjutnya, agar produksi alat pertanian yang dikerjakan anak-anak bangsa, bisa bersaing dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Lebih miris lagi, dengan kualitas yang bisa bersaing, harga alat pertanian dari China ternyata lebih murah.
Diungkapnya, proteksi Pemerintah China yang menetapkan upah minimum pekerja alat dan mesin pertanian, mencapai Rp 9 juta perbulan. “Angka ini tentu jauh jika dibandingkan dengan upah minimum pekerja di dalam negeri,” katanya menyayangkan.
Sementara Zamroni menginformasikan kepada rombongan Emil, kenapa industri alat pertanian dalam negeri kalah bersaing dengan China, karena industri dalam negeri masih menggunakan alat manual. Padahal, kalau menggunakan mesin, produksi alat dalam negeri pasti bisa bersaing.
“Ini contoh bahwa banyak potensi. Namun kadang kala ada kendala bagi pemerintah memberdayakan produk-produk lokal. Seperti masalah regulasi peraturan yang cukup panjang dan beberapa kendala lainnya,” katanya menyayangkan.
Emil pun berjanji, ke depan, perlu ada skema menggiatkan produksi pertanian yang inovatif dalam negeri, terutama di Jawa Timur, agar berdaya saing. “Jawa Timur, saya harap bisa menjadi sentra mesin-mesin alat pertanian. Selain proteksi atas inovasi ini, dibutuhkan juga kreativitas untuk mencari celah yang efisien,” tandasnya.(kl/md)