Eramuslim.com – Penunjukan dua perwira tinggi Polri berpangkat Irjen sebagai pelaksana tugas (Plt) Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara berpotensi memunculkan kecemburuan di kalangan TNI.
Pesan itu disampaikan pengamat politik Muslim Arbi (26/01), mengingat posisi strategis Jabar dan Sumut. “Sumut dan Jabar Barat itu daerah yang sangat strategis untuk kemenangan Pilkada,” ungkap Muslim.
Menurut Muslim, penempatan Jenderal Polri di Jabar dan Sumut diduga kuat untuk memberikan dukungan terhadap calon kepala daerah yang didukung penguasa pusat. “Penguasa tidak menginginkan Jabar dan Sumut kalah seperti di DKI dan Banten,” papar Muslim.
Muslim menilai, petinggi Polri yang dijadikan Plt Gubernur justru menjadi sinyal bahwa reformasi di Kepolisian mengalami kemunduran. “Polri harus fokus pada keamanan, dan jika terlibat dalam urusan biroksi itu ada kemunduran,” papar Muslim.
Selain itu, kata Muslim, pernyataan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang menyatakan anggota Polri yang kalah di Pilkada bisa kembali ke kepolisian, menandakan korps berbaju coklat itu tidak konsisten dalam menjalankan reformasi.
“Kalau konsisten, anggota Polri yang maju pilkada harus pensiun, dan jika kalah otomatis tidak bisa aktif lagi di kepolisian,” jelas Muslim.
Patut dikhawatirkan, kata Muslim, Kepolisian akan menjalankan “dwi fungsi Polri”, di mana Kepolisian terlibat dalam kekaryaan sebagaimana TNI di era Orba. “Kalau Orba TNI yang masuk politik, di era Jokowi Polri yang masuk politik,” pungkas Muslim.
Dua perwira tinggi Polri diusulkan untuk menjadi pelaksana tugas (Plt) gubernur di dua provinsi di di Indonesia. Dua pati yang dimaksud adalah Asisten Operasi (Asops) Kapolri Irjen Pol M. Iriawan dan Kadiv Propam Polri Irjen Pol Martuani Sormin.(kl/ito)