Dr. Tony Rosyid: Berakhirnya Dinasti Cikeas

Eramuslim.com – Secara sosial-politik, Indonesia mengenal dua polarisasi yaitu santri dan abangan. Kata “santri” kemudian bermetamorfosis menjadi “umat”.

Istilah Islam-nasionalis yang biasa digunakan dalam narasi akademik banyak menuai kritik dan tak lagi cocok untuk membuat katagorisasi politik di Indonesia. Tumpang tindih dan sulit untuk membuat batas-batas perbedaan. Kita pakai saja istilah umat-abangan. Ini nampaknya lebih tepat, setidaknya untuk menjelaskan arah perpolitikan saat ini.

Partai politik bisa dipotret melalui dua katagori ini: umat dan abangan. Kendati tidak mutlak, tapi katagorisasi ini memudahkan untuk menganalisis garis perjuangan parpol-parpol yang ada.

Termasuk partai umat adalah PKS, PPP, PAN dan PKB. Dimana posisi PBB? “Laa yahya walaa yamuut”. Hidup segan, mati tak mau. Gak masuk katagori, karena gak punya keterwakilan di DPR.

PKS, PPP, PAN dan PKB disebut partai umat, karena partai-partai ini yang memperjuangkan kepentingan umat dalam eskalasi dan dinamikanya masing-masing. Soal pasang surut, itu biasa. Tapi secara fitrah, keempat partai ini tak bisa lepas dari umat.

Di luar partai umat kita sebut saja partai abangan. Kendati di dalamnya ada anggotanya dari kalangan santri. Tapi, dari sisi pengaruh tak signifikan.