Kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) disambut oleh 24 penari Cakalele yang mengibarkan bendera Republik Maluku Selatan (RMS) dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) itu merupakan tamparan langsung bagi presiden.
"Harus ada sanksi yang tegas dalam kasus tersebut bahkan bisa dicopot bila terbukti Kapolda dan Pangdam lalai dalam menjalankan tugas. Itu sekaligus menunjukkan bahwa BIN lemah, " ujar Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno pada wartawan di Gedung DPR/MPR RI Jakarta, Jumat (29/6).
Menurutnya, insiden ini membuat Presiden sepertinya kurang berwibawa dan mengancam integritas bangsa. Oleh sebab itu Kapolda Maluku Brigjen Guntur Gatot Setiawan dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Sudarmaidy harus diberi sanksi.
Menurut Mbah Tardjo—sapaan akrab politis gaek PDIP itu- wibawa SBY rusak akibat insiden pembentangan bendera RMS warna merah, putih, biru dan hijau di Lapangan Merah, Ambon itu. Karena itu harus diusut tuntas.
Wakil Ketua MPR AM Fatwa menilai intelejen Indonesia sedang tidur dalam kasus 24 anggota Republik Maluku Selatan (RMS) yang mengacaukan acara Harganas XIV yang dihadiri Presiden SBY itu.
"Padahal itu merupakan tantangan langsung bagi intelejen kita. Apa selama ini intelejen kita tidur? Kejadian itu membuat malu dan tidak bisa ditolerir, " ujar AM Fatwa.
Fatwa menegaskan jika RMS itu sudah pasti musuh dan musuh akan menggunakan segala kesempatan untuk mengacaukan kita.Jadi, secara politis kejadian ini sangat memalukan Indonesia di luar negeri. Dengan kasus itu berarti Pangdam TNI dan Polda telah gagal mengantisipasi gerakan RMS.
Selain itu, lanjut Fatwa, masalah separatis itu masalah politik. Tidak lepas dari fasilitas yang mereka dapatkan, sehingga masih bisa bergerak di Maluku.
Bahkan beberapa tahun lalu, ada fasilitas-fasilitas dari Jakarta untuk anggota RMS di Belanda agar masuk ke Maluku. Yang pasti katanya, kejadian ini harus diproses secara hukum karena masalah ini adalah masalah gerakan separatis.
"Apakah selama ini pemerintah tidak sigap mengatasi separatis dan hanya konsentrasi di permukaan tapi tidak mengakar sampai ke bawah?" Fatwa mempertanyakan. (dina)