Eramuslim.com – Rontoknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura (SGD), yakni Rp 10.046 per SGD, akan berdampak pada dunia usaha di Batam dan Kepri, yang banyak menggunakan SGD sebagai dasar transaksi. Kondisi ini membuat sektor industri dan iklim investasi di Batam kian terpuruk.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepri, Cahya, menyebut kondisi ini merupakan badai dahsyat yang bisa menghancurkan stabilitas ekonomi di Batam.
”Saat ini semua investor menahan keinginan mereka untuk berinvestasi sambil menunggu situasi lebih stabil,” kata Cahya
Cahya mengingatkan, pemerintah baik di pusat maupun daerah harus segera melakukan langkah-langkah antisipasi. Sebab saat ini industri di Batam, khususnya sektor galangan kapal, juga tengah anjlok dan terpuruk.
”Pemerintah daerah harus waspada pada gelombang berikutnya yakni PHK besar-besaran yang tidak terhindarkan,” katanya.
Cahya mengatakan Batam yang berbatasan dan kerap melakukan transaksi perdagangan internasional dengan Singapura menggunakan SGD, termasuk mengimpor produk, diperkirakan kena dampak langsung. Di antaranya, pada kenaikan barang-barang, tak terkecuali komoditas kebutuhan hidup.
”Gelombang ini sangat dahsyat, ekonomi dunia lagi lesu dan sekarang ditambah terpuruknya mata uang kita, Batam cukup terpukul,” ujar Cahya saat dihubungi, tadi malam.
Sebelum rupiah jeblok, kata Cahya, ekonomi Batam sudah mulai goyah. Sebab resesi ekonomi global telah lebih dulu memukul industri padat karya seperti galangan kapal.
Sehingga perusahaan galangan kapal banyak kehilangan pesanan. Beberapa di antaranya bahkan telah memberhentikan karyawan akibat sepinya order.
Lebih lanjut, Cahya mengatakan hantaman ekonomi global dan terpuruknya mata uang nasional membuat para pengusaha dan investor makin cemas.
”Semua waspada dan takut melakukan ekspansi, sambil melihat situasi di depan,” katanya.
Selain sektor industri dan dunia usaha, meroketnya nilai tukar dolar Singapura terhadap rupiah ini juga akan berdampak langsung pada kenaikan harga kebutuhan pokok di Batam dan Kepri.
”Ini akan berdampak pada naiknya harga barang, tak terkecuali bahan kebutuhan hidup,” ujar Cahya.
Hal senada disampaikan Pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kepri, Amat Tantoso. Penguatan dolar Singapura terhadap rupiah akan berdampak langsung pada perekonomian di Kepri, khususnya Batam.
”Sudah pasti terjadi inflasi dan otomatis harga barang naik apalagi jelang lebaran Idul Fitri,” ujar Amat, tadi malam.
Pengusaha valas ini mengatakan, harga-harga bahan pokok seperti gula, beras, tepung, dan lainnya dipastikan naik. Pengusaha sendiri dipastikan akan merugi karena rata-rata mengandalkan barang impor untuk usaha mereka di daerah ini.
Dia berharap pemerintah daerah, khususnya tim pengendalian inflasi daerah (TPID), segera melakukan langkah antisipasi. Jika tidak, rupiah dikhawatirkan akan semakin terpuruk. ”Sehingga Indonesia tidak akan siap menghadapi penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) jika kondisi ini tak segera diatasi,” katanya.
Seperti diketahui, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (USD) ternyata tak diikuti peguatan terhadap dolar Singapura (SGD). Berdasarkan data kurs transaksi Bank Indonesia, kemarin, rupiah terus tertekan hingga tembus di angka Rp 10.046 per SGD.
Kepala Kantor Perwakilan BI Kepri melalui Communication Manager, Victor Herbowo, menyebut ada dua kemungkinan SGD berjaya di akhir pekan ini. Pertama, nilai tukar SGD menguat terhadap USD sehingga mata uang negara tetangga itu mampu lepas dari tekanan.
Kedua, bank sentral Singapura, yakni Monetary Authority of Singapore (MAS) kemungkinan menaikkan suku bunga acuan.
”Sehingga arus uang SGD akan kembali masuk ke Singapura,” ujar Victor, Jumat (19/6).
Hanya saja, Victor mengaku belum dapat memastikan penyebab pasti meroketnya nilai tukar mata uang Singapura itu terhadap rupiah. Victor juga mengaku belum mendapat laporan resmi di lapangan terkait rontoknya nilai tukar rupiah terhadap SGD.
”Dengan kondisi yang sekarang ini kita masih perlu cek, karena sebetulnya patokan kita terhadap USD,” katanya.
Disinggung adanya ulah spekulan yang memborong SGD, Victor mengatakan terbuka peluang demikian. ”Bisa jadi juga,” ujarnya.
Sedangkan langkah BI untuk mengerem laju penguatan SGD terhadap rupiah, Victor mengatakan kewenangan itu ada di bank sentral pusat. Beberapa cara yang mungkin dilakukan, kata dia, yakni melepas cadangan devisa dalam bentuk USD atau mempengaruhi pasar uang.
”Dengan menaikkan bunga pasar valas, tapi itu semua ada di pusat,” katanya. (sumber: batampos/rz)