Jumlah korban tewas akibat banjir dan longsor di Aceh Sumatera Utara mencapai 80 orang, sementara ribuan orang lainnya mengungsi. Anggota militer pun pun dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan bagi para korban.
Menurut Ridwan Sulaiman, kepala dinas sosial provinsi Aceh, jumlah korban tewas banjir di Aceh kemungkinan akan terus bertambah, terutama di daerah-daerah pedalaman yang baru bisa dicapai oleh tim penyelamat. Saat ini, jumlah korban meninggal dunia yang tercatat sudah mencapai 42 orang dan sedikitnya 42 ribu warga mengungsi.
Wilayah di Aceh yang paling parah kerusakannya adalah daerah Tamiang, yang terletak di ujung provinsi Sumatera.
Di Sumatera Utara, banjir menelan korban 17 orang dan membuat 50 ribu warga kehilangan tempat tinggalnya. Sedangkan longsor di Muarasipongi, masih diprovinsi yang sama, menewaskan 21 orang dan empat orang lainnya dilaporkan masih belum ditemukan.
Menurut Deputi Walikota Mandailing Natal, Hashim Nasution, warga yang menjadi korban longsor kebanyakan mereka yang baru kembali dari pengungsian akibat gempa bumi yang terjadi sebelumnya.
Pejabat gubernur Aceh, Mustafa Abu Bakar mengatakan, sudah meminta bantuan angkatan laut dan angkatan darat untuk mengerahkan kapal-kapal dan helikopter-helikopternya untuk membawa bantuan dan melakukan upaya penyelamatan.
Menurutnya, sekitar 5.000 warga masih terperangkap banjir di wilayah Pinding karena akses jalan dan komunikasi terputus. Pemerintah dan organisasi bantuan juga sudah menyediakan cukup makanan, tenda dan obat-obatan untuk para korban, tapi kendalanya adalah alat transportasi sulit menjangkau daerah pedalaman.
Pemerintah daerah setempat menyatakan, curah hujan yang tinggi dan rusaknya hutan sebagai penyebab utama terjadi banjir dan longsor di Sumatera. (ln/aljz)