Departemen Pertanian menganggap gejolak harga beras yang terjadi saat ini akibat kegagalan panen raya, sehingga produksi beras tidak sesuai dengan kebutuhan.
"Kelebihan beras tahun 2006 hanya sekitar 50 ribu ton, biasanya kalau bulan Februari ini keadaannya normal sudah penen raya, jadi harusnya sudah ada sekitar 1 juta ton, tapi justru kurang, " ujar
Dirjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian Sutarto Alimoeso usai diskusi publik, di Gedung DPDRI, Jakarta, Jum’at (16/2).
Menurutnya, kebutuhan beras dalam negeri sekitar 2, 6 juta ton setiap bulannya, dan Bulog mempunyai kewenangan penuh untuk memenuhi kebutuhan itu.
Mengenai kekhawatiran beras impor akan mempengaruhi harga beras hasil panen petani, Sutarto menegaskan, hal itu tidak akan terjadi, sebab beras produksi petani akan dibeli oleh pemerintah untuk meningkatkan stok nasional.
"Kita harapkan itu tidak akan terjadi, karena akan menjadi cadangan pemerintah, dan jangan dilepas kepasaran saat panen, " jelasnya.
Ia memperkirakan, panen raya akan terjadi mulai bulan Maret mendatang, meski demikian saat ini sudah ada yang panen meski jumlahnya tidak terlalu besar.
Sutarto menambahkan, konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian harus dihentikan, agar tidak mengurangi hasil produksi pertanian.
Departemen Pertanian rencananya akan membahas bersama DPR, mengenai kemungkinan membuat aturan tentang lahan pertanian, sehingga pemerintah dapat mempertahankan dan menjaga lahan -lahan pertanian yang sangat produktif dengan sistem jaringan irigasi yang baik, serta memberikan investasi besar bagi kebutuhan dalam negeri. (novel)