Direktur INSIST: Gagasan Al-Naim Tentang HAM dan Syari'ah Berwajah Barat

Direktur Eksekutif Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST) Adnin Armas, MA menyatakan, sosialisasi buku berjudul “Islam and Secular State: Negotiating the Future of Sharia” karya Guru Besar Hukum Emory University, Atlanta, Georgia, U. S. A, Prof. Dr. Abdulahi al-Naim, lebih menonjolkan dan memprioritaskan HAM khas Barat.

"Saya menganalisa gagasan al-Na’im dan ini poin yang lebih penting.
Salah satu kesimpulannya, al-Naim begitu simpatik kepada HAM dan tidak begitu simpatik kepada syariah, " ujar Adnin.

Menurutnya, konsep syari’ah yang disampaikan Al-Naim di beberapa perguruan tinggi selama bulan Agustus ini berbeda dengan apa yang diajarkan para imam fiqh.

"Syariah dalam makna baru versi al-Naim yang punya masa depan, katanya, bukan syariah seperti yang diyakini kaum Muslimin pada umumnya, "paparnya.

Ironisnya lagi, wacana yang diusulkan tokoh asal Sudan itu justru berwajah sekular. "Ringkasnya, al-Naim telah gagal dalam menegosiasikan hubungan antara Islam dan negara sekular karena hasil negosiasinya lebih cenderung berpihak kepada ideologi sekular, " sambung dosen Universitas Islam Antarbangsa (UIA) Malaysia.

Dijelaskannya, buku karya Al-Naim yang diterjemhakan ke dalambahasa Indonesia itu banyak mengutip tulisan Nurcholis Madjid. "Saya juga menyebutkan beberapa artikel Nurcholish yang dikutip oleh al-Naim sebenarnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Namun, kenapa al-Naim dan para mitranya tidak merujuk ke dalam versi bahasa Inggris tersebut supaya tidak susah-sudah memulai dari nol dan menerjemahkan sekali lagi ke dalam bahasa Inggris, " imbuhnya.

Banyak kalangan menganggap apa yang dilakukan al-Naim merupakan perpanjangan tangan dari proyek pengrusakkan agama-agama yang didalangi jaringan Zionis. (rz/dina)