Pemerintah nampaknya tidak tahan mendapatkan kritikan dari media. Pemerintah kupingnya ‘tipis’, sehingga kritikan yang disampaikan oleh media massa itu, membuat telinga mereka menjadi merah. Tak tahan. Kritikan dianggap akan mendestruksi pemerintahan SBY.
Menghadapi kritikan yang berlangsung di media massa itu, Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyerukan untuk memboikot media massa yang bersikap kritis terhadap pemerintah. Dipo mengeluarkan instruksi kepada instansi pemerintah untuk tidak memasang iklan di media massa yang cenderung kritis.
"Kalau intinya media ini terus mengkritik tidak ada menit tidak ada jam saya instruksikan memang (boikot). Buat apa pasang (iklan) di sana," ujar Dipo di sela rapat kerja pemerintah di Istana Bogor, Senin (21/2/2011).
Dipo mengajak media untuk bekerja secara objektif dan menghentikan berita yang menjelekkan pemerintah. Jika itu dilakukan, pemerintah bersedia bekerja sama dan memasang iklan. "Kalau memang kita mau kerja sama, mari yang objektif. Tapi ini coba lihat, ada media TV, media koran yang tidak ada yang tidak menjelekkan pemerintah. Gambarnya juga berulang-ulang, yang kebakaranlah, ditusuklah, segala macam. Buat apa?" kata Dipo lagi.
Menurutnya dengan pemberitaan yang bersifat negatif, maka Indonesia akan selalu dikesankan buruk di mata asing. Itu akan membuat investor lari dari Indonesia. Sebab, Indonesia dinilai kacau. "Itu yang dikatakan Indonesia katanya menuju negara gagal," ujarnya sambil menyindir sebuah kutipan dari seorang tokoh agama yang berseberangan dengan pemerintah.
Dipo mengaku merasa prihatin dengan pemberitaan negatif itu karena membuat investor di dunia bisnis menjadi ketakutan, yang menurutnya menyebabkan kesengsaraan rakyat. "Makanya saya katakan boikot saja. Saya memberikan itu kepada Sekjen dan Humas. Maksud saya bukan kita alergi kritik, boleh kritik, kita senang dikritik. Tapi kalau isinya membuat orang-orang menjadi salah pengertian. that is wrong."
Dipo Alam, yang dulunya Ketua Dewan Mahasiswa UI itu, mungkin lupa, bahwa dulunya dia aktivis, yang sangat kritis terhadap pemerintah Soeharto, bahkan pernah ditahan dipenjara, akibat sikap kritisnya itu. (mh/inlh)
Menurut Dipo, kritik yang isinya negatif bukan menunjukkan kebebasan pers. Karena itu, media massa harus memperbaiki kondisi tersebut. "Saya mengatakan boikot saja. Yang tidak boikot saya perhatikan."