“Ada 3 kelompok. Pertama, kelompok yang punya antibodi dan punya daya protektif atau imunitas. Ini bisa membunuh virus,” katanya.
Hasil studi dilakukan terhadap lebih 75 orang heterogen.
Ditemukan kelompok kedua yaitu punya antibodi, tapi tidak punya daya protektif dan ini bisa sakit lagi.
“Kelompok ketiga lebih cilaka, tidak punya antibodi dan daya protektif meskipun divaksin,” ungkapnya.
Prof Nidom berharap pemerintah segera melakukan pendampingan terhadap orang-orang yang sudah divaksin.
“Jangan sampai dia (divaksin) sudah percaya diri, ternyata dari faktor (kelompok) kedua dan ketiga. Ini presesntasinya terbesar,” ucapnya.
Menurut Nidom vaksin akan sia-sia, bila tidak dikaji terkait titer antibodinya.
“Karena ini tidak ada artinya kalau vaksin itu, sudah disuntik tapi tidak dikaji titer antibodi dan protektifitasnya,” ujarnya.
WHO Akui Vaksin Nusantara Terbukti Aman, Tunggu Ijin BPOM Digagas Terawan Agus Putranto
Sebelumnya, Organisasi kesehatan dunia atau WHO, telah mengakui Vaksin Nusantara yang digagas dr Terawan Agus Putranto.
Namun, Vaksin Nusantara ini masih menunggu ijin resmi Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM).
Diakuinya Vaksin Nusantara, setelah meliris jurnal terkait Vaksin Nusantara di situs resminya, clinicaltrials.gov.
Jurnal terkait Vaksin Nusantara berjudul “Preventive Dendritic Cell Vaccine, AV-COVID-19, in Subjects Not Actively Infected With COVID-19”.
Didalamnya, mengulas uji vaksin dari dendritik sel yang ada di Vaksin Nusantara.
Tahap 2 uji klinis double-blind untuk pengujian virus Covid-19 yang dibuat menggunakan peralatan vaksinasi PT AIVITA Biomedika Indonesia.
“Spesifik subyek terdiri dari sel-sel dendritik autologus dan limfosit (dci) yang sebelumnya telah dierami dengan sejumlah protein sari-cov-2 (S-protein), terbukti aman di tahap 1 studi yang juga dilakukan di Indonesia,” tulis Jurnal tersebut.
Uji tahap 2, keberhasilan uji klinis dinilai melalui respons sel T protein dengan spesifik yang ditingkatkan.
Membandingkan hasil sebelum dan setelah vaksinasi.
“Keberhasilan dikonfirmasi melalui nilai laboratorium, pengamatan dan laporan pasien,” ungkap WHO.
Pada tahap 2, dosis tunggal vaksin Covid-19 disuntikkan pada lengan (kiri atau kanan).
Untuk mencegah reaksi pasca penyuntikan sehingga timbul pada nyeri bahu.
Kemudian, penilaian setelah penyuntikan pada 1, 2, dan 4 minggu setelah vaksinasi.
Dilaksanakan di laboratorium pada minggu 1 dan 4.
Setiap pemeriksaan, area suntikan diamati tentang gejala yang dialami subjek.
Pada minggu 0 (dasar sebelum injeksi), 2 dan 4, darah dikeluar. (hajinews)