Hasil survei Lembaga Riset Informasi yang diumumkan di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, Senin (23/2) pasangan Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid dan Ketua Umum Partai Golkar M. Jusuf Kalla disebut paling populer, dan bila pasangan itu disandingkan, maka mereka mengumpulkan 26,88 persen dukungan.
Menanggapi hasil survei tersebut, Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid menghargai usulan yang menyebut dirinya menjadi calon pendamping Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla, sebagai calon wakil presiden. Namun kembali lagi, Hidayat menegaskan, keputusan itu ada di tangan Majelis Syuro PKS.
"Saya apresisasi hal itu. Pemilu saja belum, seolah-olah kami tidak layak sebagai capres," kata dalam jumpa pers, di kompleks DPR/MPRRI, Jakarta, Senin (23/2).
Menurutnya, PKS sudah mempunyai mekanisme penetapan capres dan cawapres di Majelis Syuro PKS. Bila Hidayat diminta Majelis Syuro sebagai capres ataupun cawapres dirinya siap.
"Bukan hanya statement pribadi. Bila diputuskan, saya sebagai kader akan melaksanakan keputusan itu. Tapi kenapa PKS selalu diposisikan cawapres. Kalau PKS meraih 25 persen suara, kader PKS tidak rela diajak sebagai cawapres saja," tegas anggota Majelis Syuro PKS itu.
Diakuinya, bukan hanya Partai Golkar saja yang memasukkan kader PKS sebagai nominator calon wakil presiden. Hidayat menegaskan, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat juga kerap menyebut dirinya sebagai bakal calon wakil presiden.
Oleh karena itu, Hidayat sangat menghormati kepercayaan yang diberikan kepada dirinya. Namun demikian, PKS memiliki mekanisme sendiri untuk menentukan seorang kader menjadi calon presiden dan wakil presiden.
"Saya menghormati kepercayaan mereka, tapi saya dan kader PKS lain tidak pernah terobsesi atau mengejar-ngejar jabatan. pks sudah punya mekanisme lewat majelis syuro. jadi bukan atas pernyataan pribadi," tambah Hidayat.
Sebelumnya, Jusuf Kalla dinilai dapat mewakili kepentingan luar Jawa. Sedangkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat Nur Wahid, mewakili Jawa. Itu sebabnya kedua tokoh dianggap pasangan yang tepat untuk didukung maju merebut kursi presiden dan wakil presiden 2009.
Selain mensurvei pasangan capres-cawapres, Survei yang dilakukan oleh Lembaga Riset Indonesia di 33 propinsi dan 99 Kabupaten itu terhadap 1.890 responden, juga telah membawa PKS sebagai salah satu partai Islam yang masuk lima besar. Dimana dalam survei itu, Partai Golkar (20,1 persen) mendapat urutan teratas, kedua Partai Demokrat (15,5 persen), ketiga PDIP (15,3 persen), diurutan keempat PKS (11,6 persen), dan kelima Partai Gerindra (5,29 persen).
Sementara itu, Partai Amanat Nasional (5,13 persen) diurutan keenam, Partai Persatuan Pembangunan (2,86 persen) diurutan ketujuh, dan diurutan kedelapan Partai Kebangkitan Bangsa (2,3 persen), sedangkan Partai Hati Nurani Rakyat (1,96 persen) hanya diduduk diurutan kesembilan, dan kesepuluh ditutup oleh Partai Bulan Bintang (0,9 persen).
Hal itu hanya survei awal, tak lantas menjadi kenyataannya. Akan tetapi Direktur Utama LRI, Johan Silalahi, akan melakukan survei pada saat mendekati hari ‘H’ pelaksanaan pemilu karena diyakninya hasil survei itu akan lebih akurat.(novel)