Penolakan terhadap RUU tentang Pornografi sebenarnya tidak perlu dilakukan, apabila masyarakat mempunyai komitmen yang kuat untuk perbaikan bangsa dimasa depan. Tidak dipungkiri, terdapat fakta-fakta yang memperlihatkan adanya kerusakan moral bangsa akibat persebaran pornografi di media massa oleh industri hiburan.
"Ini yang menjadi keprihatinan kita yang harus diatasi oleh sebuah UU. Oleh karena seharusnya kita tidak perlu keberatan terhada pengaturan industri hiburan yang berbau seks, dan tayangan porno yang jelas-jelas merusak generasi muda dan anak-anak kita, sehingga sebenarnya tidak perlu ada pro kontra lagi," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam kesempatan acara buka puasa bersama media dan ormas Islam, di kediamanannya, Jakarta Selatan, Ahad malam.
Akan tetapi, Ia mengingatkan supaya RUU itu tidak perlu menafikan budaya-budaya yang sudah ada, dan menjadi milik suku bangsa di Indonesia yang merupakan khazanah budaya nasional.
"Kalau menyangkut bagaimana budaya Bali, Papua, Manado dan sebagainya jangan
diganggu oleh UU. Saya ketahui dari teman-teman di DPR UU itu tidak mengarah pada penghilangan eksistensi budaya Bali, Papua dan lainnya," ujarnya.
Namun, lanjut Din, UU tidak mengarah kesana tapi lebih pada pembelaan terhadap masyarakat baik kaum perempuan, laki-laki, dan anak-anak terhadap gempuran budaya yang berasal dari luar yang merusak moralitas bangsa.
Mengenai dukungan Muhammadiyah terhada RUU Pornografi, Din menegaskan RUU sudah cukup lama, sekitar 7 tahun terkatung-katung, sehingga tidak ada alasan lagi untuk menolak dan tidak menyepakatinya.
"Janganlah melihat UU ini sebagai sebuah persepsi atau praduga yang seolah-olah menguntungkan pihak tertentu. Saya tahu yang tidak diuntungkan dalam UU ini adalah industri hiburan yang selama ini bebas merajalela," tandasnya.
Din pun menyampaikan keprihatinannya dimana ada bulan suci Ramadhan masih ada klub malam yang menampilkan pertunjukan tarian porno didalamnya.
"Ini yang harus diatur, masak kita gak setuju mengatur tayangan porno seperti itu, disinilah kalbu kita akan berbicara," tukasnya. (novel)