Eramuslim – Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina (PPIP/Indonesia-Palestine Friendship Initiative) turut mengecam keras dan menolak Al Quds dijadikan ibukota Israel dalam pidato Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Keputusan tersebut merupakan bentuk agresi, provokasi, dan radikalisme yang nyata,” kritik Ketua PPIP yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, M. Din Syamsuddin melalui keterangan tertulisnya, Kamis (7/11).
Pernyataan Trump tersebut juga membuka dan membuktikan kedok standar AS selama ini yang tidak bersungguh-sungguh menyelesaikan konflik Israel-Palestina secara berkeadilan. Dengan menjadikan Al Quds sebagai ibukota Isreal, jelas akan mematikan proses perdamaian yang telah berlangsung lama dan akan mendorong perjuangan bersenjata di kalangan umat Islam sebagai reaksi terhadap ketidakadilan global yang diciptakan AS.
PPIP mendesak Presiden Donald Trump untuk mencabut keputusannya itu, dan mendesak OKI untuk melakukan langkah politik dan diplomatik.
Din pun menyarankan sebaiknya Yerusalem dibagi dua, timur untuk Palestina, dan barat untuk Israel. Atau, Yerusalem dijadikan kota suci internasional bagi pemeluk tiga agama samawi yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. (Rmol/Ram)