Proses reformasi selama sembilan tahun ternyata gagal. Hal ini terjadi akibat penerapan demokrasi liberal yang kebablasan. “Ini sebuah kemalangan. Karena kita menerima demokrasi liberal secara mentah-mentah, “ kata Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin kepada pers di gedung DPR, Jakarta, Senin (21/5).
Indikasinya bahwa bangsa ini masih di simpang perjalanan reformasi adalah Indonesia tak mampu mampu keluar dari krisis. Contohnya, pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat.
“Kegagalan ini terjad, i faktornya karena kita gagal menciptakan cita-cita baru, tidak mampu merumuskan strategi reformasi, dan gagalnya kepemimpinan secara formal maupun di tingkat struktural, ” terang Guru Besar Ilmu Politik Islam UIN Jakarta.
Menurutnya, pihak luar negeri memang mengakui suksesnya proses demokrasi di tanah air. “Tapi itu hanya demokrasi prosedural, sedangkan secara subtansi demokarasi kita gagal, ” jelas Din.
Ia menegaskan, saat ini masih ada peluang untuk memperbaiki kondisi Indonesia dari ancaman yang lebih berbahaya lagi. “Masih ada sisa-sisa optimisme untuk memperbaiki bangsa ini, karena kita bangsa besar, ” sambung dia.
Namun, katanya mengingatkan, bila kesempatan untuk memperbaiki diri itu kehilangan momentum dan tidak segera dilakukan, maka tamatlah bangsa ini. “Kalau ini tak segera diluruskan maka akan membawa petaka lagi, ” tandasnya. (dina)