Din Syamsuddin: Negara G8 Bertanggungjawab Atas Kerusakan Dunia




Kerusakan yang melanda dunia dewasa ini ditandai oleh kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, kerusakan lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim, perang, tidak terlepas dari ulah Negara-negara maju termasuk yang bergabung dalam G-8. Oleh karena itu Negara-negara maju khususnya G-8 harus menunjukkan tanggung jawab dalam mengatasi kerusakan dunia itu. Demikian ditegaskan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah M. Din Syamsuddin pada World Religious Leaders Summit yang diadakan di Sapporo, Jepang 2-3 Juli 2008, menyongsong G-8 Hokkaido Toyako Summit 2008.

Menurut Din Syamsuddin, yang juga Presiden Kehormatan World Conference on Religion for Peace (WCRP), berbagai manifestasi kerusakan dunia tadi adalah buah dari sistem dunia, baik ekonomi atau politik yang eksploitatif dan hanya menguntungkan kelompok tertentu. Sistem ekonomi kapitalistik, apalagi pada paham neo-liberalisme, umpamanya, telah menciptakan kesenjangan antara pihak kaya dan pihak miskin yang semakin lebar. Sebagai akibatnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, seperti ditandai oleh tingginya angka kemiskinan dan pengangguran.

Investasi kerusakan ini, lanjut Din Syamsuddin, harus segera diganti dengan investasi kesejahteraan yang lebih nyata bagi kemanusiaan. Untuk itu Din Syamsuddin mengusulkan adanya revisi pada Sistem Dunia khususnya Sistem Ekonomi Dunia ke arah yang lebih merata dan berkeadilan.

Memang kita tidak bisa meninggalkan sistem ekonomi untuk pertumbuhan, tapi kita tidak bisa mengabaikan pentingnya pemerataan dan keadilan. Maka diperlukan sistem dan pendekatan pembangunan ekonomi "tengahan" yang memadukan pertumbuhan dan pemerataan. Dalam kaitan ini, lanjut Din Syamsuddin, penerapan agenda Millenium Development Goals (MDGs) yang telah menjadi komitmen Negara-negara maju untuk menyediakan anggaran bagi pengentasan kemiskinan dunia perlu mengambil bentuk "pemberian kail" daripada "pembagian ikan." Yang terakhir dapat dilakukan dengan pendirian universitas-universitas murah bagi kaum miskin, persebaran industri padat karya di Negara-negara miskin, atau penerapan jaring pengaman sosial yang partisipatoris.

Tapi jauh lebìh penting, tandas Din Syamsuddin, adalah adanya kesadaran di kalangan pemimpin dan rakyat Negara-negara maju bahwa kerusakan dunia yang terjadi adalah akibat ulah mereka, maka mereka harus ikut bertanggung jawab untuk ikut menanggulangi kerusakan dunia itu. Pertemuan yang dihadiri pemimpin agama dari berbagai negara di dunia ini dimaksudkan untuk memberikan sumbangan pemikiran menjelang pertemuan negara-negara G-8 di Hokkaido, Jepang. Pembahasan dalam forum tersebut bertopik “Pertemuan G-8: Tanggungjawab Moral dan Spiritual Kita”. Hadir mewakili Indonesia, selain Din Syamsuddin, juga Dr. Soritua Nababan, Presiden Dewan Gereja Dunia.

Tampil bersama Din Syamsuddin, Rev. Dr. Michael Kinnamon, Sekretaris Jenderal Dewan Nasional Gereja Kristen Amerika Serikat, Rev. Dr. James Christie, Presiden Dewan Gereja Kanada, Archpriest Vsevold Chaplin, Perwakilan Gereja Ortodoks Rusia, sebagai Moderator Dr. William F. Vendley, Sekretaris Jenderal World Conference on Religion for Peace (WCRP). (ds)