Din: Dialog Persuasif Penting untuk Sadarkan Pengikut Ahmadiyah

Dialog yang bersifat persuasif sangat diperlukan agar pengikut ajaran yang dianggap menyimpang mau kembali ke keyakinan umum umat Islam, khususnya tentang keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul akhir zaman.

"Dialog persuasif itu merupakan cara terbaik agar pengikut Ahmadiyah kembali ke jalan yang benar, " kata Ketua Umum PP Muhammadiyah M Din Syamsuddin, dalam siaran persnya, Kamis(17/4)

Sehubungan dengan keputusan Bakor Pakem tentang pembubaran Ahmadiyah. Menurut Din, di lapangan, tidak mudah membubarkan sebuah keyakinan.

"Tidak seperti membalik telapak tangan. Boleh ada pembubaran secara legal formal, tetapi secara kultural keyakinan itu boleh jadi tetap hidup, " tambahnya.

Din menyarankan, kepada ormas dan lembaga Islam lebih baik meningkatkan dakwah mereka, untuk meyakinkan masyarakat yang mengaku Islam, tetapi mempraktekkan akidah menyimpang untuk kembali ke jalanyangbenar.

"Harus diakui bahwa maraknya ajaran-ajaran menyimpang terjadi karena dakwah Islamiyah belum merata dan mendalam, " imbuh Din.

JAI Minta Perlindungan

Pasca keluarnya keputusan Bakor Pakem jemaat Ahmadiyah meminta perlindungan Polri, terkait kekhawatirannya terhadap kemungkinan terburuk yang akan dialami mereka.

"Kita melapor karena takut dengan pernyataan itu akan menimbulkan efek-efek dalam masyarakat, " kata salah satu Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Anwar Haji Muhammad Soleh, di Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jakarta.

Ia berharap dengan membuat laporan ini, para anggota jemaat dapat terjamin keselamatannya, karena ini merupakan kewajiban negara.

Anwar mengklaim bahwa pengikut Ahmadiyah yang berjumlah sekitar 500 ribu dan banyak terkonsentrasi di Jabodetabek, dan mereka sangat khawatir akan tindak kekerasan yang akan terjadi.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan tidak mentolerir tindakan anarkis, kekerasan dan aksi pengerusakan terhadap para pengikutnya, meski Ahmadiyah telah ditetapkan sebagai ajaran sesat dan harus dihentikan kegiatan di Indonesia. (novel)