Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dikabarkan membuat kericuhan saat diskusi internal MUI Sleman yang bertajuk “Implementasi Islam dalam kehidupan bermasyarakat”, Rabu Siang, 29 Juni 2011.
Seperti rilis yang diterima Eramuslim.com dari Forum Ruju’ ilal Haq (FRIH), kejadian ini bermula ketika Rusli selaku perwakilan FRIH sebagai wadah mantan LDII memenuhi undangan MUI Sleman untuk melakukan testimoni terkait hubungan LDII dengan Islam Jama’ah yang difatwa sesat oleh MUI.
Acara ini memang sudah terlihat panas sejak awal. Rusli yang merupakan perwakilan mantan LDII Gorontalo (FRIH Gorontalo) bersumpah bahwa apa yang dikatakannya bukanlah dusta.
“Saya bersumpah, kalau penuturan saya tentang LDII ini bohong, saya siap diadzab oleh Allah,” kata Rusli yang tengah melakukan roadshow ke berbagai perwakilan MUI tiap daerah perihal kesesatan LDII.
Sontak saja, ucapan Rusli itu pun langsung disambut riuhan gemuruh “Aamiiiiin” dari massa LDII yang banyak datang menghadiri acara tersebut.
Untuk membuktikan adanya kaitan erat antara LDII dengan Islam Jama’ah yang selalu disangkal oleh pihak LDII, maka Rusli bersama Imam dari FRIH Jakarta pun memberikan sepuluh lembar print out foto Imam Islam Jamaah, yaitu Sulthon Aulia dan Wakil Imam-Imam Islam Jamaah lainnya sedang berfoto bersama Ketua LDII saat ini, yaitu Prof. Abdullah Syam.
Melihat Rusli memberikan bukti itu kepada pihak MUI, maka massa LDII pun bergerak maju ke arah Rusli dan merebut lembaran-lembaran itu. Sedangkan pihak MUI sendiri yang berkepentingan dalam hal ini hanya bisa mendapatkan dua lembar dokumen. Rusli pun kesulitan menyelesaikan kesaksiannya karena kerap kali dipotong oleh suara gaduh massa LDII.
Rusli menceritakan pengalaman dan persaksian pribadinya selama menjadi Muballigh Islam Jamaah atau LDII. Rusli mengatakan bahwa paradigma baru yang selama ini didengung-dengungkan LDII itu tidak benar. Sebelum Rusli menyampaikan kesaksiannya, MUI juga memberikan kesempatan kepada Pihak LDII Sleman untuk menyampaikan pendapatnya. Perwakilan LDII Kabupaten Sleman, Sugiarto mengatakan bahwa LDII sudah memiliki paradigma baru.
Selepas acara yang juga membahas Narkoba, Ahmadiah, NII dan LDII itu, Rusli dan Imam terpaksa memutar balik kearah polsek Ngaglik, karena melihat mobilnya terus dibuntuti oleh delapan orang bersepeda motor.
Dalam kesempatannya menemani perwakilan FRIH di polsek Ngaglik, Ketua MUI Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, H. Dimyati berpesan untuk terus berdo’a. Sedangkan untuk para warga LDII, H. Dimyati mengatakan bahwa LDII harus membuktikan jika memang telah memiliki paradigma baru.
“Yang penting kenyataannya, kalau memang mengaku sudah berparadigma baru, ya buktikan saja, “ ujarnya.
Imam dan Rusli pun akhirnya mendapatkan pengawalan dari pihak Polsek Ngaglik sampai akhirnya dikawal menuju Stasiun Kereta Api Maguo Yogyakarta.
Diskusi yang diselenggarakan oleh MUI Sleman itu sendiri dihadiri oleh MUI, KUA, Muspida, dan Ta’mir Masjid dari 4 Kecamatan. Perwakilan FRIH mengatakan mendapat undangan resmi dari MUI. Sementara pihak LDII yang sebelumnya tidak diundang, meminta turut diundang.
“Pihak LDII sebelumnya tidak diundang, namun mereka minta diundang, akhirnya kami izinkan. Namun kami gak tahu kalau yang datang sebanyak ini,” kata H. Dimyati menambahkan.
Beberapa hari sebelum dilaksanakannya diskusi tersebut, KH Drs. Ma’mun Muhammad Mura’i, selaku Ketua umum MUI Sleman sempat didatangi oleh dua orang perwakilan LDII yang meminta untuk turut diundang pada acara tersebut. Namun sapa nyana, tamu undangan yang datang justru didominasi oleh orang LDII yang jumlahnya lebih dari sepuluh orang. (pz/frih)