Diberitahu Makna Tauhid, WS Rendra Menangis di Pangkuan Cak Nun

Cak Nun mengaku punya pengalaman batin, pengalaman kultural, punya pengalaman kehidupan yang luar biasa yang mendasari kerinduannya kepada Rendra.

Cak Nun pertama kali mengenal WS Rendra di tahun 74-75. Ketika itu Cak Nun nonton latihan Bengkel Teater. Lalu Cak Nun mewawancarai Rendra.

Hasil wawancara itu Cak Nun tulis lalu dimuat di Majalah Mimbar Demokrasi. Saat membaca reportase Cak Nun, Rendra kaget karena tulisan Cak Nun persis sama dengan omongannya saat wawancara.

“Saya memang merekamnya tapi tidak pakai alat perekam. Saya mengingat-ingat omongan Rendra sampai semua kata, dan idiomnya dan susunan retorikanya persis seperti yang dia omongi,” kenang Cak Nun.

Selama mengenal Rendra, bagi Cak Nun Si Burung Merak itu adalah pribadi yang unik.

“Di segala zaman hanya ada satu Rendra. Allah hanya menciptakan satu Rendra,” ujar Cak Nun.

Menurutnya Rendra orang yang sangat bersungguh-sungguh. Rendra adalah sosok yang sangat menghayati segala sesuatu sampai ke akar-akarnya.

Lima tahun terakhir hidup Rendra Cak Nun mengaku semakin dekat.

“Mas Willy itu merasa saya itu sahabatnya, saya merasa dia sahabat. Bahkan saya merasa dia itu adik bungsu saya karena dia sangat manja kepada saya. Sangat banyak bergantung pada saya,” katanya.

Cak Nun bahkan mengakui kesungguhan Rendra dalam bertauhid. Cak Nun pernah menyampaikan ke Rendra bahwa dalam Islam itu anda berhubungan langsung dengan Allah tanpa makelar.

“Meskipun anda perlu belajar kepada ulama, perlu membaca wacana-wacana dari yang bukan Allah ya tapi dari tokoh-tokoh Islam. Mungkin perlu juga. Tetapi sesungguhnya kalau sampeyan bersyahadat, kemudian salat dan lain sebagainya itu kan hubungan pribadi dengan Allah,” katanya.

Mengenai kepindahan agama Rendra dari Nasrani ke Islam, Cak Nun mengaku dirinya sama sekali tidak pernah mensyahadatkan sahabatnya itu.

“Saya cuma bilang mas bahwa anda itu mengakui Allah bersumpah mensyahadati Allah dalam hidup sampeyan itu bisa anda lakukan dengan mencari tempat dimanapun tapi pedomannya adalah bahwa anda mengakui Allah sehingga anda menjadi muslim,” beber Cak Nun.

Cak Nun lalu bercerita salah satu momen paling membekas dirinya dengan Rendra. Pada suatu hari Rendra datang ke Pendopo Kadipiro, kediaman Cak Nun di Yogyakarta.

Di pertemuan itu, Rendra bertanya ke Cak Nun mengenai arti sebenarnya tauhid dalam satu kata.Cak Nun menjawab bahwa tauhid itu adalah ngawiji.

Ternyata kata Ngawiji itu kan sangat legendaris dalam pengalaman kultural dan batiniah Rendra.

“Mendengar kata ngawiji itu dia merembeng, terus dia meneteskan air mata terus menangis tersedu-sedu di pangkuan saya,” kata Cak Nun.