Sekitar 50-an mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam Komite Aksi Pemuda untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) melakukan aksi demo menolak Jokowi-Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta. Menurut mereka, pasangan yang didukung PDIP dan Gerindra ini merupakan cagub-cawagub sekuler.
Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk berukuran 4×1 meter yang bertuliskan “Tolak Cagub dan Cawagub Sekuler” dimana gambar Jokowi-Ahok diberi tanda X sebagai bentuk penolakan.
Dalam orasinya, Ketua Kamerad Vicky Fajar H.S mengaku miris dengan pernyataan Jokowi-Ahok yang terkesan memandang remeh agama tertentu. “Makanya kami menolak Jokowi-Ahok karena memandang remeh agama dalam menjalankan kepemimpinannya kelak,” ujar Vicki.
Vicki kemudian mengutip pernyataan yang pernah dilontarkan Jokowi yang terkesan meremehkan baju koko yang dilontarkan pada 16 April lalu. “Ya bosenlah. Semua yang maju Pilkada selalu pakai baju koko dan kopiah biar kelihatan religius. Itu statement yang kami tolak,” ujarnya.
Kemudian Ahok, lanjut dia, telah mengkritik sikap pemeluk agama tertentu yang menjadikan dalil ayat suci yang digunakan sebagai dalil menolak Lady Gaga. Menurut Ahok waktu itu, “Kita tidak boleh taat pada ayat suci. Kita taat pada ayat-ayat konstitusi,” kata Vicki meniru ucapan Ahok.
Atas dasar itu, ia meminta masyakat Jakarta pada 11 Juli untuk menolak cagub-cawagub sekuler. “Apa jadinya pemimpin di ibukota tercinta ini dipimpin oleh orang yang hanya terpaku pada aturan yang dibuat manusia serta mengkerdilkan aturan yang dibuat oleh pencipta alam,” ujarnya seraya meminta kepada Jokowi-Ahok untuk meminta maaf kepada seluruh umat beragama khususnya umat Islam atas ucapannya itu.
Komite Aksi Pemuda untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad), Vicky Fajar H.S menolak jika aksinya ditumpangi oleh kandidat pasangan tertentu cagub DKI Jakarta. Ia mengatakan, gerakannya itu semata-mata karena miris agama telah dilecehkan dalam Pilkada DKI.
“Kita disini independen. Tidak memihak kandidat mana pun. Kemarin kita juga demo Foke. Kalau kandidat kita tidak sepaham, kita demo,” kata Vicky dalam aksinya menolak pasangan cagub DKI, Jokowi-Ahok di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta, Senin (9/7).
Menurutnya, Indonesia khususnya, Jakarta penduduknya mayoritas bergama muslim. Vicky menilai, pernyataan yang dilontarkan pasangan cagub DKI bernomor urut ini jelas sangat tidak etis dan dapat menimbulkan salah tafsir di tengah masyarakat. “Kecerobohan semacam ini bisa memicu polemik berkepenjangan dan menjadi ‘bola api’ bagi pasangan nomer urut 3,” ungkapnya.
Secara tegas KAMERAD mendesak kepada pasangan Jokowi-Ahok harus minta maaf kepada seluruh umat bergama, khususnya umat Islam. “Menghimbau serta mengajak masyarakat Jakarta untuk tidak memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur yang sekuler,” tandasnya.(fq/irnews)