Di Indonesia, Cina Kuasai 8.000 Triliun Rupiah

jokowi lippoEramuslim.com – Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dimerdekakan dengan pekik Allahu Akbar, jutaan nyawa patriot Muslimin yang meregang nyawa, dan pengorbanan jutaan Muslim lainnya. Namun hari ini, negeri yang dimerdekakan dengan mengorbankan jutaan umat Islam sungguh menyedihkan.

Pada 6 Desember kemarin, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Dalam daftar 10 besar tercatat hanya ada satu orang muslim atas nama Chairul Tanjung (CT).

Delapan orang lainnya dari etnis Cina non muslim dan satu lainnya etnis India atas nama Sri Prakash Lohia (pemilik Indorama Grup). Pemilik BCA dan Djarum Budi dan Michael Hartono dengan total kekayaan USD 31,8 miliar atau senilai 436 triliun rupiah (kurs 13.760).

Daftar ini seolah mengkonfirmasi adanya kesenjangan dalam perekonomian kita. Bukan hanya kesenjangan antar kelompok pendapatan (dibuktikan dengan koefisien gini yang kian besar), tetapi juga kesenjangan antara masyarakat muslim dan non muslim. Meskipun jumlah penduduk muslim mencapai 85% dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia tetapi hampir 80% perekonomian justru dikuasai non muslim.

Dikutip dari laman Forbes, jumlah kekayaan 50 orang terkaya mencapai USD 92 miliar atau mencapai 1.265 triliun rupiah. Sebagai informasi, PDB Indonesia tahun 2014 tercatat 10.542 triliun rupiah, artinya kekayaan 50 orang tersebut mencapai 12% dari PDB.

Dengan fakta bahwa sebagian besar dari 50 orang terkaya adalah non muslim, maka sebagian besar PDB itu juga dinikmati oleh non muslim. Berdasarkan hitungan sederhana yang dilakukan tim riset sharia.co.id, lebih dari 8.000 triliun rupiah (80% dari PDB) dikuasai oleh non muslim.

Jika kita menilik data Bank Dunia maka akan kita temukan angka yang lebih mencengangkan. Menurut Bank Dunia, sebagaimana disitat dari Indonesia Investments, 43.000 orang kaya (artinya hanya 0,02% dari populasi penduduk di Indonesia) menguasai 25% PDB. Sayangnya belum ada penelitian tentang etnis dan agama 43.000 orang tersebut.

Bagaimana dengan kaum muslimin? Tanpa bermaksud merendahkan, harus diakui kita hanya sibuk berebut 2.000 triliun dana APBN. Kita berkelahi—sampai saling memenjarakan—untuk 2.000 triliun sementara mereka dengan leluasa menikmati yang 10.000 triliun.

Sampai kapan umat Islam Indonesia sadar akan hal ini? (ts/pribuminews)