Di Garut, Santri Diteror dan Dianiaya Pakai Golok

Eramuslim.com – Santri asal Pondok Pesantren Al Futuhat di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat atas nama Abdullah mengalami penganiayaan dari mulai pemukulan hingga ditebas oleh senjata tajam di Desa Karangtengah, Kecamatan Kadungora pada Sabtu, (3/2/2018) malam. Insiden ini terjadi di tengah kabar penganiayaan terhadap ulama di Jabar.

Pimpinan Ponpes Al Futuhat KH Ahmad Syatibi mengungkapkan memang diketahui sempat ada dua perempuan yang menanyakan lokasi Ponpes pada Sabtu siang. Tapi, saat itu ia tak menaruh curiga.

Kemudian pada malam harinya, salah seorang santrinya atas nama Abdullah didatangi oleh seseorang yang menyebut telah terjadi kecelakaan tak jauh dari Ponpes. Abdullah diminta ikut membantu menolong korban kecelakaan. Lalu berangkatlah Abdullah bersama orang tersebut. Tapi, diperkirakan korban justru dibawa sejauh empat kilometer dari lokasi Ponpes hingga sampai daerah Kadungora.

“Korban dibawa seseorang yang minta tolong bantuan katanya ada kecelakaan sekitar empat kilo dari arah Ponpes. Lalu pihak korban diturunkan dari motor, lalu setelah ditinggalkan ada enam orang berperawakan besar,” katanya pada wartawan saat pra rekonstruksi bersama Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, Senin (5/2).

Kemudian, keenam orang tersebut tak langsung menganiaya korban. Mereka menanyakan terlebih dahulu perihal korban mondok dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah diketahui santri berasal dari Ponpes Al Futuhat, keenam orang itu diduga malah menganiaya korban.

“Enam orang berperawakan besar nanya pakai bahasa Sunda karena korban pakai atribut Ponpes ditanya, ‘maneh santri haji (KH Ahmad Syatibi)? santri jawab iya’. Lalu ada pemukulan, dibacok golok, pisau tapi anak itu selamat, baru anak itu roboh saat dengan dipukul bambu,” ujarnya.

Beruntung santri tersebut dapat selamat dari kejadian. Korban pun segera menuju Ponpesnya untuk melapor. Setelah melapor itu, KH Ahmad merasa sebenarnya tak menuai dendam dengan pihak manapun. Sehingga ia heran ada santrinya jadi sasaran penganiayaan.

“Sejam kemudian korban jalan kaki datang ke Ponpes, saya ada acara lalu baru setelah selesai laporkan ke saya. Tidak tahu siapa orang itu, saya merasa tidak ada musuh. Harapan semua jaga keselamatan NKRI, masyarakat jaga ulama karena kemerdekaan termasuk karena jasa ulama,” tuturnya.(kl/ts)