Eramuslim.com – Kiamat tidak akan terjadi sehingga orang yang dipercaya didustakan, orang yang khianat malah dipercaya.
Hal itu sebagaimana Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
سَيَأتِي عَلَى النَّاس سَنَوَات خَدَّاعَات، يُصَدَّق فِيهَا الكَاذِب ويُكَذَّب فِيهَا الصَّادِق، ويُؤْتَمَن فِيهَا الخَائِن ويُخَوَّن فِيهَا الأَمِين، ويَنْطِق فِيهَا الرُّوَيْبِضَة، قِيْلَ: ومَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: الرَّجُل التَّافِه في أمْر العَامَّة
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.” (HR. Al-Hakim).
Ustadz Abu Fatiah mencontohkan adanya sertifikasi penceramah agama bila tidak dikelola dengan benar, maka akan menjadi bagian pembatasan penyampaian ilmu agama.
Dengan begitu nilai agama akan pudar dan manusia tidak akan bisa membedakan mana yang hak dan mana yang bathil.
“Hari ini kita mendapatkan tantangan adanya wacana Kementrian Agama, ulama nantinya disertifikasi. Bagaimana nanti hasilnya, ini nampaknya harus kita dukung dan kita do’akan. Kalau sertifikasi ini tujuannya membatasi menyampaikan kebenaran maka pilihan ada pada umat. Kalau sertifikasi ini maksudnya memfasilitasi Da’i supaya lebih profesional, dalilnya benar-benar bagus, yang disampaikan benar-benar jujur, yang diinginkan damai dunia dan akhirat, maka ini sertifikasi yang kita dukung,” ujarnya.
Manusia-manusia Nista
Mendekati akhir zaman tinggallah orang-orang nista, janji dan akhlaq mereka carut marut, Janji kemarin hari ini sudah lupa.
Ustadz Abu Fatiah juga mengungkapkan, maraknya tuduhan hoax justru dialamatkan pada media Islam. Padahal realita yang ada sebaliknya, untuk itu umat Islam harus cerdas dalam memilah informasi.
“Bapak ibu sekalian kalau anda biasa melihat berita-berita media Islam, membuka situs-situs Islam, grup media sosial Islam, habis itu nonton televisi dan koran mereka, mules pastinya. Kenapa? karena terpola berbalik seratus delapan puluh derajat pak, jadi ini benar-benar kita membatasi jangan sampai otak kita menjadi tong sampah informasi-informasi media mereka,” tuturnya. Setuju Ustadz! Teve sekarang cuma berisi sampah dan sampah, jangan sampai otak kita dikotori oleh sampah… (ys/pm)