Eramuslim – Indonesia perlu khawatir terkait kebocoran data pengguna Facebook, di mana saat ini terungkap bahwa dari 87 juta data yang disalahgunakan, sekitar 1,2% atau sebanyak 1.079.031 diantaranya berasal dari Indonesia.
Lewat blog resmi pada Rabu (4/4) sore, Chief Technology Office Facebook Mike Schroepfer mengungkap perusahaannya telah berbagi data hingga 87 juta dengan perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica. Dari jumlah tersebut, sebagian besar pengguna yang terkena dampak berada di Amerika Serikat.
Tapi paling mengejutkan, dari data yang disajikan Chroepfer, ada nama Indonesia di daftar negara yang data penggunanya dibagi ke Cambridge Analytica. Jumlahnya cukup banyak, yakni 1.079.031 atau sekitar 1,2% dari total. Angka tersebut membuat Indonesia berada di urutan ketiga setelah Filipina.
Sayangnya tidak diketahui data dari Indonesia digunakan untuk apa oleh Cambridge Analytica. Pasalnya data pengguna Amerika Serikat dipakai untuk kampanye Donald Trump pada Pilpres AS 2016.
Persoalan tersebut kemudian berdampak pada risaunya para tokoh teknologi sampai aksi penghapusan akun Facebook. Misalnya, CEO Apple Tim Cook yang mengungkapkan peristiwa ini perlu menjadi pelecut untuk menggaungkan pentingnya regulasi data pribadi pengguna platform online.
Pendiri WhatsApp Brian Action pun mengkampanyekan agar menghapus akun Facebook. Aksi tersebut diikuti oleh CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk yang men-delete akun resmi kedua perusahannya itu di media sosial terpopuler sejagat ini.