Dewan Dakwah, Pionir Penjaga Masjid-Masjid di Timor Leste

Dakwah memang tak mengenal waktu, tempat dan usia. Di manapun dan kapanpun ia tidak bisa dihalangi. Ihwal inilah yang dialami oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indoensia (DDII). Selama kurang lebih 40 tahun, lembaga telah mendirikan 600 masjid di seluruh tanah air.

Dari 600 masjid itu, ada sejumlah masjid yang kini kondisinya memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Contohnya masjid-masjid di Timor Leste. Di negara yang dulunya bernama provinsi Timor Timur tidak lagi seindah dulu. Setelah wilayah ini tak menjadi menjadi wilayah Republik Indonesia (RI), masjid-masjid di sana dalam status "waja" alias wajib dijaga. Karena itu pula, Dewan Dakwah tetap mempertahankan dakwah di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katholik itu.

“Kita di sana punya beberapa masjid. Masjid-masjid itu Dewan Dakwah yang membangun. Untuk menjaga masjid itu kita siapkan orang yang mau tinggal di situ. Dia yang adzan, yang jadi imam dan menjadi makmun sekaligus, ” ujar Ketua Umum Dewan Dakwah H. Syuhada Bahri.

Menurutnya, Dewan Dakwah memang harus bertanggungjawab atas kelestarian dan keberlangsungan masjid-masjid di negara yang kini memakai bahasa resmi Portugal. Sebab, bila tempat-tempat suci itu tidak ada penghuninya dan pengelolanya, maka masjid-masjid itu akan diambil alih oleh pemerintah Timor Leste, selanjutnya bisa dihancurkan atau dialihfungsikan.

Lantaran itu pula, Dewan Dakwah berusaha semaksimal mungkin mempertahankan masjid-masjid itu, kendati yang menghuni cuma satu orang saja. “Biar satu orang tidak apa-apa. Yang penting ada penghuninya. Begitu pengumuman dari pemerintah Timor Leste, ” sambung Syuhada dengan nada rendah.

Agar “sang penghuni tetap” itu betah dan kuat menjaga, merawat sekaligus memakmurkan masjid-masjid di sana, maka tiap bulan Dewan Dakwah mengirim akomodasi lauk-pauk dan kebutuhan sehari-hari. “Dengan begitu kita harapkan mereka tidak pergi ke mana-mana. Yang mati hidupnya menjaga masjid itu, ” paparnya.

Upaya lembaga dakwah yang berkantor di kawasan Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat, untuk melebarakan sayap dakwahnya tidak hanya berhenti di situ saja. Kini guna menghadapi gerakan liberal-sekular yang dimotori dari sejumlah akademisi, sarjana dan tokoh, Dewan Dakwah telah dan sedang membina kader-kader da’i yang siap mencounter paham sesat dan menyesatkan.

“Ke depan kita siapkan kader da’i yang siap bertempur dalam bidang pemikiran. Sebab pemikiran kaum liberal sekular ini mendangkal akidah umat. Mereka membuat tasyakkuk (sikap ragu-ragu) atas kebenaran Islam. Ini harus dihadapi secara serius, ” lanjut Syuhada, pria yang suka berjenggot lebat ini.

Selanjutnya, katanya, Dewan Dakwah juga akan menerjunkan para da’i lagi ke beberapa daerah terpencil. “Daerah-daerah ini harus kita sentuh, sehingga dakwah Islam diterima semua masyarakat, ” sambung dia.

Ia menambahkan, Dewan Dakwah juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa pemerintah daerah (pemda) untuk menggerakan kegiatan dakwah di daerah. “Di Bengkalis (Riau), pemda siap membantu dana operasional tahunan kita. Alhamdulilllah usaha kita didukung pemerintah, ” paparnya. (dina)