Eramuslim – Kalangan NU meminta agar ketua umum, Said Agil Siroj, tidak difitnah sebagai dalang pendeportasian Ustad Abdul Somad (UAS) di Hong Kong. Imbauan PBNU ini sangat wajar. Sebab, tudingan ini cukup mencemaskan mengingat penolakan terhadap UAS di Bali belum lama ini juga sempat diatribusikan ke kalangan NU. Artinya, peristiwa di Bali itu dikatakan banyak pihak memiliki “trace” (jejak) NU.
Jadi, sangat wajar kasus Hong Kong membuat PBNU menjadi gerah karena deportasi yang dialami UAS disebutkan terkait dengan kalangan NU.
Lantas, bagaimanakah cara terbaik untuk melihat pengkaitan NU dengan deportasi Hong Kong?
Langkah pertama, setiap orang bersangka baik bahwa orang NU tak mungkin mengkhianati seorang ustad yang hendak melakukan misi mulia di Hong Kong. Apalagi UAS sendiri adalah orang NU asli.
Yang kedua, kalangan NU sebaiknya menghentikan aksi pembubaran berbagai pengajian di Indonesia, khususnya di Jawa. Kenapa poin kedua ini penting? Karena pembubaran pengajian yang diisi oleh para ustad atau muballigh yang berseberangan dengan NU –katakanlah Ustad Felix Siauw, Ustad Nasir, Ustad Khattath, dll— dilakukan oleh para aktivis yang bernaung di berbagai ormas yang menggunakan nama NU seperti GPA, Banser, dsb. Sehingga, elit NU menjadi sangat rentan terhadap tudingan ketika terjadi peristiwa seperti yang dialami UAS.
(Sebagai catatan, UAS boleh digolongkan berseberangan dengan fikrah NU meskipun beliau sendiri orang NU asli.)