Departemen Luar Negeri membantah ada hal yang ditutupi dan dirahasiakan dari kunjungan yang Bill Gates ke Indonesia. Karena secara tiba-tiba orang terkaya nomor tiga didunia ini, datang dan bertemu dengan Presiden RI susilo Bambang Yudhoyono dan beberapa menteri kabinet Indonesia.
"Kedatangan itu nggak ada yang rahasia-rahasiaan kok, buktinya ada di media cetak mewawancara, " ujar Juru Bicara Deplu Kristiarto Soerjo Legowo kepada pers, di Kantor Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (9/5).
Menurutnya, kunjungan itu bertujuan jelas, menawarkan bantuan software gratis bagi sekolah tingkat SMP dan SMU di seluruh Indonesia yang belum memiliki laboratorium komputer.
"Ada rencana dia memberikan kuliah umum di Jakarta convention center, dan rencana memberikan sortware gratis, " jelasnya.
Diketahui, Bill Gates tiba di Istana negara tanpa pengawal khusus dari kepolisian, dia hanya dikawal menggunakan tiga mobil dan dikawal tiga orang bodyguard berkulit putih.
Mengenai keterlibatan agen pengamanan khusus dari Amerika untuk menjaga perjalanan Bill Gates selama di tanah air, Kris mengaku, tidak mengetahuinya. "Kata siapa, saya malah tidak tahu. itu informasi dari mana, " kilahnya.
Kunjungan Bill Gates ke Indonesia memunculkan kekhawatiran dikalangan pengamat dan praktisi teknologi informasi (IT), kehadiran bos Microsoft Inc yang bermarkas besar di Amerika Serikat itu, kental dengan urusan bisnis untuk mengeruk keuntungan besar dari negeri pasar yang tak berdaya ini.
"Bill Gates memang wirausaha paling sukses di dunia informasi teknologi. Tapi, kalau datang sekadar urusan bisnis, tak berarti apa-apa, ” ujar ahli IT dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Romi Satria Wahono.
Namun, sambutan pemerintah dianggap terlalu berlebihan. Sebab, jika pendiri Microsoft itu hanya mencari keuntungan dan tidak melakukan investasi terutama untuk riset peranti lunak (software), maka kehadirannya tidak memberi manfaat apa-apa.
Padahal, apabila Bill Gates berkaitan dengan persoalan pembajakan peranti lunak Microsoft yang masih terjadi di Indonesia, ini bisa menjadi momentum bagi dunia IT ditanah air untuk mengembangkan open source sendiri.
"Intinya kita menggunakan peranti lunak yang legal, namun jauh lebih murah dari Microsoft, " imbuh Romi.(novel)