Pemerintah Indonesia akan mengedepankan isu Palestina dalam pembicaraan dengan Presiden AS George W. Bush saat bertemu di Bogor 20 November mendatang, di samping 6 point yang berkaitan dengan kepentingan dalam negeri.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Desra Percaya dalam media briefing, di Kantor Departemen Luar Negeri, Jakarta, Jum’at (17/11) mengungkapkan, "Dalam pertemuan itu, terbuka peluang untuk mengangkat isu mother of all conflict di Timur Tengah yakni masalah Palestina."
Menurutnya, dalam pembicaraan masalah Palestina, Presiden akan lebih memfokuskan pada konteks penyelesaian masalah, sebab mengenai teknis secara detail sudah dibahas pada tingkat Menteri Luar Negeri kedua negara beberapa waktu lalu.
"Bagaimana kita bisa mendorong peace process, roadmap to peace, lebih-lebih lagi karena AS salah satu dari negera kuartet dan mempunyai peran penting dalam menyelesaikan masalah ini," tandasnya.
Lebih lanjut Desra menegaskan, pemerintah sudah mengantongi beberapa opsi yang akan diutarakan kepada AS, namun untuk pembahasannya akan disesuaikan pada pelaksanaan pertemuan, dan dalam hal ini Indonesia juga tidak akan menetapkan target waktu untuk menyelesaikan akar permasalahan segala konflik yang terjadi di kawasan Timur Tengah.
Namun mengenai substansi pokok pembicaraan itu, Desra tidak menjelaskannya.
Ia menambahkan, pada prinsipnya dalam menyelesaikan konflik Palestina, hendaknya ada pengakuan dari setiap negara bahwa Palestina adalah negara yang merdeka dan berdaulat, karenanya semua negara harus bisa mendorong kearah proses perdamaian. (novel)