Departemen Agama melalui Ditjen Kelembagaan Agama Islam dan Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya, Rabu pagi kemarin (25/1/06) menandatangani kerjasama pemberian bea siswa bagi tamatan Madrasah Aliyah (MA) di Pondok Pesantren, untuk melanjutkan pendidikan S1 pada Institut tersebut di berbagai jurusan. Sebelumnya, dilakukan kerjasama dengan IPB Bogor, dan selanjutnya dengan UGM Yogyakarta serta ITB Bandung melalui beasiswa Depag jalur PMDK Kemitraan.
Penandatangan dilakukan oleh Pembantu Rektor Bidang Akademik ITS Surabaya, Prof.Ir.Noor Endah, M.Sc.PdD dan Direktur Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren pada Ditjen Bagais, Drs.H.Amin Haedari, MPd. Sebelumnya Dirjen Bagais Depag H.Jahja Umar Ph.D dan Rektor ITS Surabaya Dr.Ir,Muhd.Nuh menandatangai nota kesepahaman.
Tujuan kerjasama untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di bidang teknologi dan pengetahuan melalui pondok pesantren. Sedangkan ruang lingkup kerjasama ini mencakup program matrikulasi dan pendidikan program S1di ITS Surabaya, untuk mahasiswa yang ditunjuk Ditjen Bagais. Penyeleksian dilakukan secara ketat, sehingga tidak ada yang namanya drop out.
Secara garis besar, Ditjen Bagais – Depag akan memberikan bea siswa bagi tamatan Aliyah yang ada di Pondok-pondok Pesantren, yang akan melanjutkan pendidikan di berbagai bidang studi pada Perguruan-perguran tinggi umum.
Menurut Dirjen Bagais Depag, H. Jahja Umar, upaya menjalin kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi terkemuka di Indonesia, bukan saja untuk meningkatkan kualitas lulusan Madrasah (Aliyah), tetapi sekaligus untuk mencari bibit unggul dari Madrasah-madrasah. Dirjen bertamsil, bahwa madrasah itu ibarat mobil tua yang keberatan beban, karena beban pengajaran yang lebih dua kali dari sekolah-sekolah umum. Tetapi madrasah pun adalah sekolah plus, katanya.
Dengan kerjasama ini, terbuka kesempatan bagi tamatan madrasah untuk menjadi dokter, insinyur, ekonom dan lain-lain, yang selama ini hampir mustahil, ujar Dirjen. Maka selanjutnya image tentang madrasah bisa berubah. Sehingga orang tua tak ragu menyekolahkan anaknya ke madrasah, karena dari sini pun bisa melanjutkan pendidikan ke berbagai bidang studi yang diinginkan, sama seperti tamatan SMU dan lain-lain.
Dirjen Jahja Umar menargetkan bahwa setidaknya dalam tiga tahun mendatang, kualitas madrasah sama dengan sekolah-sekolah umum. Untuk itu pada tahun 2006 ini ia mencanangkan pula, bahwa 90% anggaran untuk pendidikan dimanfaatkan untuk pelajaran, hanya 10% saja untuk manajemen. Ibarat sinetron, kata Jahja, pelaku utama pendidikan adalah guru, murid dan sekolah. Maka wajar penerima anggaran terbesar adalah tiga komponen itu.
Dalam naskah kerjasama dicantumkan, bahwa dalam pelaksanaan pemberian bea siswa, pihak Ditjen Bagais membayarkan sumbangan pembangunan kepada ITS Rp 35.000.000/mahasiswa pada awal tahun akademik, di samping SPP sebesar Rp 2.000.000/mahasiswa. Ditjen Bagais pun diharuskan membantu meringankan biaya hidup mahasiswa peserta program ini sebesar Rp 500.000/bulan/mahasiswa selama 5 tahun, yang dibayarkan melalui ITS Surabaya untuk disalurkan kepada mahasiswa yang bersangkutan. (travel)
Kewajiban Ditjen Bagais lainnya, menanggung biaya asrama selama setahun pertama sebesar Rp 1.200.000 untuk setiap mahasiswa. Kepada calon mahasiswa pada tahun pertama diwajibkan membayar Rp 1.000.000,- untuk pendaftaran dan penyelenggaraan informasi dan orientasi.
Di samping melaksanakan pendidikan bagi mahasiswa yang ikut program ini, pihak ITS Surabaya pun berkewajiban melaporkan perkembangan pendidikan seluruh peserta kepada Ditjen Bagais – Depag RI.