Kurang lebih pukul 07.00 WIB pagi, anak-anak tangguh ini tiba di sekolah. Dengan kata lain, waktu yang mereka habiskan selama perjalanan itu sekira dua jam. Namun demikian, kondisi tersebut tak membuat para pelajar yang tinggal di daerah terpencil itu patah semangat. Mereka tetap ikhlas demi mendapat pendidikan layak.
Salah seorang siswa kelas III di SDN tersebut, Bayu Anggara mengaku, dia bersama dua teman lain yang salah satunya bernama Wahyu Andrian itu sudah biasa menelusuri medan berbukit dan jalan setapak setiap berangkat dan pulang sekolah.
“Kalau ditanya capek, ya pasti capek pak. Apalagi setiap hari seperti ini. Ditambah lagi kondisi daerah kami yang berbukit. Tapi kan demi menuntut ilmu apapun harus dilakukan,” ujar Bayu kepada Okezone.
Bayu yang saat itu terlihat kecapean mengatakan, ada yang menjadi kendala saat menempuh perjalan di pagi gelap itu, yakni ancaman dari binatang buas. Menurut mereka, di hutan karet yang sering mereka lalui, banyak ular berbisa dan hewan berbahaya lainnya, semisal babi hutan.
“Suka ada ular. Kadang juga suka terlihat babi hutan melintas,” imbuhnya.
Di tempat sama, salah seorang guru di SDN tersebut, Oman (57) membenarkan bila ada sejumlah muridnya yang harus berjalan kaki menyusuri hutan dengan jarak cukup jauh dari rumahnya ke sekolah. Bahkan, anak-anak ini harus berangkat lebih awal. Sebab, waktu tempuh mereka itu sekitar 1,5 sampai 2 jam.
“Jadi, kediaman anak-anak ini, selain daerah gersang juga masih dipenuhi hutan yang rimbun. Ditambah gunungan batu yang menjulang dipenuhi pepohonan dan ilalang,” ujarnya.