“Jadi ya masjidnya sudah tersentral di Raden Patah dekat Universitas. Jadi mushalla-mushalla ini memang ada dan Alhamdulillah ya selalu ramai. Dan kebetulan memang malah ndak muat. Jadi shalat itu gantian gitu,” jelasnya.
Artinya, sebelum adanya surat edaran imbauan itu, kultur shalat berjamah di FK UB diakui sudah terbangun. “Ke depan juga kita mau bangun mushalla yang lebih representatif lagi. Kita semua gedung ada mushallanya. Kalau enggak salah, 5 mushalla,” imbuhnya.
Menurutnya pun, kultur beragama khususnya Islam di lingkungan FK UB cukup agamis. Termasuk dalam hal berpakaian, misalnya.
Lulut melanjutkan, “Sampai cara berpakaian pun cukup santun gitu. Mahasiswa engak boleh pakai jeans, ada aturannya juga. Cara berpakaian, cara nelpon ke pimpinan, kan gitu, memang kulturnya sudah terbentuk seperti itu.
“Pakaian pun mahasiswa enggak ada yang kalau pakaian yang agak seronok (tertawa). Jadi mahasiswa juga sudah disiplin gitu, dan menjaga auratnya gitu loh,” tambahnya diiringi nada menegaskan. (HI/Ram)